Friday, March 28, 2008

TUGAS MATA KULIAH ILMU JIWA BELAJAR


TUGAS MATA KULIAH
ILMU JIWA BELAJAR






















OLEH:
MUHAMMAD ARIEF BUDIMAN
06151505


PROGRAM AKTA IV
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2006

BAB I. MENGENAL HAKIKAT ILMU JIWA BELAJAR

A. Pengertian Ilmu Jiwa Belajar
Belajar membutuhkan suatu kegiatan yang sifatnya aktif dan dilakukan secara sadar. Hanya memegang buku saja belum dapat diartikan belajar bila seseorang tidak mempelajarinya secara aktif. Tetapi tidak semua perubahan merupakan hasil belajar. misalnya perubahan yang disebabkan karena pertambahan usia, penyakit yang diderita seseorang, kecelakaan dan sebagainya.
Menurut W S Winkel belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan tersebut bersifat relatif konstan atau tetap dan berbekas.
B. Tujuan dan Skop Ilmu Jiwa Belajar
Berbagai teori atau konsep proses belajar secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua kelompok yang berpangkal pada dua model mengenai manusia yaitu:
- model manusia menurut tradisi Locke
Model manusia menurut tradisi Locke merupakan orientasi behavioristik yang melahirkan teori-teori behavioristik - elementaristik. Pada dasarnya orientasi behavioristik memandang manusia sebagai organisme yang pasif, yang dikuasai oleh stimulus-stimulus yang terdapat dalam lingkungannya.
- model manusia menurut Leibnitz
Model manusia menurut Leibnitz merupakan orientasi fenomenologis, yang melahirkan teori-teori kognitif-wholistik. Orientasi fenomenologis menganggap manusia sebagai sumber dari semua kegiatan.
C. Arti Penting Belajar
- arti penting belajar bagi perkembangan manusia
Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan bahasa dan makna yang terkandung dalam belajar. disebabkan oleh kemampuan berubah karena belajarlah, maka manusia dapat berkembang lebih jauh dari makhluk lainnya, sehingga ia terbebas dari kemandekan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi.
- arti penting belajar bagi kehidupan manusia
Belajar juga memainkan peran penting dalam mempertahankan kehidupan sekelompok umat manusia atau bangsa di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat di antara bangsa lain yang lebih dahulu maju karena belajar.

BAB II. MENAFSIRKAN PANDANGAN ISLAM TENTANG BELAJAR
A. Perintah Islam Tentang Belajar
Alquran dan hadis banyak menjelaskan pentingnya menuntut ilmu bagi kesejahteraan individu yang sedang belajar maupun bagi masyarakat di sekitarnya. Surat yang pertama kali diturunkan Allah SWT di dalam Alquran yaitu Al Alaq dimana terkandung karunia Allah SWT berupa pengajaran dan mengutamakan manusia dengan pengajaran yang Dia berikan kepada makhluk-Nya. Hal ini menjadi bukti kemuliaan ilmu dan pengajaran. Allah SWT berfirman “ bacalah dengan menyebut nama tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan tuhanmulah yang maha pemurah. Yang mengajar dengan perantaraan pena. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS Al Alaq: 1-5). Dan masih banyak ayat-ayat Alquran maupun hadis yang menyuruh manusia untuk belajar.
B. Prinsip-prinsip Belajar Dalam Islam
- proses belajar adalah proses yang kompleks tetapi terorganisasi
terjadinya aktivitas belajar melalui dua proses yaitu intern (proses yang terjadi pada individu) dan proses ekstern (aktivitas guru dalam mengembangkan proses intern).
- adanya motivasi
Motivasi sangat berarti bagi proses belajar karena adanya motivasi belajar dalam diri siswa akan menentukan efektivitas proses belajar. siswa yang memiliki motivasi tinggi akan melakukan proses belajar dengan rajin tanpa adanya paksaan.
- belajar berlangsung dari yang sederhana meningkat kepada yang kompleks
peningkatan materi disesuaikan dengan tahap perkembangan murid dan metode yang digunakan pengajar. Dalam proses belajar ini harus ada perubahan dari yang tidak bisa menjadi bisa, dan dari bisa menjadi mahir.
- belajar melibatkan berbagai proses pembedaan dan generalisasi berbagai konsep
konsep adalah serangkaian perangsang yang mempunyai sifat-sifat yang sama. Suatu konsep dibentuk melalui pola unsur bersama di antara anggota kumpulan atau rangkaian. Dengan belajar, manusia diharapkan mampu menggunakan berbagai konsep pada suatu situasi baru dan lebih luas atau lazim disebut generalisasi.
C. Kedudukan Belajar Dalam Islam
- ilmu adalah karunia terbesar Allah SWT
“dan Allah telah menurunkan al kitab dan hikmah kepadamu, dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum engkau ketahui, dan adalah karunia Allah itu sangat besar kepadamu” (An Nisa 113)
- ilmu akan meninggikan derajat
“ hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepada kalian berlapang-lapanglah dalam majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan kepada kalian, dan apabila dikatakan berdirilah kalian, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu ke beberapa derajat, dan Allah maha mengetahui apa yang kalian kerjakan” (Al Mujadalah 11)
- orang beriman akan didoakan Allah, malaikat dan makhluk lain
Rasullah bersabda “sesungguhnya Allah, para malaikat-Nya, penghuni langit, penghuni bumi, hingga semut di liangnya, dan hingga ikan paus di lautnya pasti mendoakan orang-orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia” (riwayat At Tirmidzi)
- pencari ilmu adalah mujahid
Rasullah bersabda “barang siapa masuk ke masjid ini untuk mempelajari kebaikan atau untuk mengajarkannya maka ia seperti mujahid di jalan Allah. Dan barang siapa masuk ke dalamnya tidak untuk maksud yang demikian, maka ia seperti orang yang melihat sesuatu yang bukan miliknya” (riwayat Ibnu Hibban)
- ilmu adalah kemuliaan bagi pemiliknya
“demikianlah kami atur untuk mencapai maksud Yusuf. Tiadalah patut Yusuf menghukum saudaranya menurut undang-undang raja, kecuali Allah menghendakinya. Kami tinggikan derajat orang yang kami kehendaki, dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi yang maha mengetahui” (Yusuf 76)

- ilmu itu jalan menuju kebahagiaan
“ sesungguhnya dunia itu diberikan kepada empat orang: seorang hamba yang dianugerahi Allah harta dan ilmu, kemudian ia bertakwa kepada Allah di dalam hartanya, dengannya ia menyambung hubungan sanak kerabat, dan mengetahui hak Allah di dalamnya. Orang tersebut kedudukannya di sisi Allah paling baik. Orang yang dianugerahi Allah ilmu namun tidak dianugerahi harta Ia berkata ‘seandainya aku mempunyai harta pasti aku mengerjakan seperti yang dikerjakan si fulan’ ia berniat seperti itu dan pahala keduanya sama. Orang yang dianugerahi Allah harta tapi tidak dianugerahi ilmu, kemudian ia tidak bisa mengatur hartanya, tidak bertakwa kepada Allah di dalamnya, tidak menyambung hubungan sanak kerabat dengannya, dan tidak mengetahui hak Allah di dalamnya, kedudukan orang tersebut di sisi Allah paling jelek. Orang yang tidak dianugerahi Allah harta dan tidak pula ilmu, ia berkata ‘seandainya aku mempunyai harta, aku pasti mengerjakan apa yang dikerjakan si fulan’ ia berniat seperti itu dan keduanya mendapat dosa yang sama” (riwayat Ahad dan At Tirmidzi)

BAB III. FENOMENA KEJIWAAN INDIVIDU
A. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
- faktor internal (faktor dari dalam siswa) yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa
- faktor eksternal (faktor dari luar siswa) yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa
- faktor pendekatan belajar (approach to learning) yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran
B. Arti penting perkembangan kecakapan bagi proses belajar siswa
Proses perkembangan dengan proses belajar mengajar yang dikelola para guru terdapat benang merah yang mengikat kedua proses tersebut. Hampir tidak ada proses perkembangan siswa baik jasmani maupun rohaninya yang sama sekali terlepas dari proses belajar mengajar sebagai pengejawantahan proses pendidikan. Apabila fisik dan mental sudah matang, panca indera sudah siap menerima stimulus-stimulus dari lingkungan, berarti kesanggupan siswa pun sudah tiba.
C. Perbedaan individu
Dalam fenomena kejiwaan terdapat beberapa aspek kepribadian siswa yang dapat mempengaruhi belajar. antar lain fenomena kognitif, fenomena afektif, dan fenomena psikomotorik.
- kognitif: psikologi kognitif adalah teori yang dikeluarkan oleh Gestalt. Teori ini lebih menekankan pada proses mengetahui yaitu menemukan cara-cara ilmiah dalam mempelajari proses mental yang terlibat dalam upaya mencari dan menemukan pengetahuan. Lebih menekankan pada proses mental, terutama proses berpikir. Pemahaman atau insight juga merupakan proses berpikir.
- Afektif: perbuatan atau perilaku kita sehari-hari pada umumnya disertai oleh perasaan-perasaan tertentu, seperti perasaan senang atau tidak senang. Perasaan tersebut yang selalu menyertai perbuatan-perbuatan kita sehari-hari disebut warna afektif. Warna afektif kadang kuat, kadang lemah, atau kadang tidak jelas atau samar. Perasaan menjadi lebih mendalam, lebih luas, dan lebih terarah hal tersebut dinamakan emosi.
- Psikomotorik: pada fenomena psikomotorik atau campuran meliputi taraf intelegensi, daya, kreativitas, bakat khusus, organisasi kognitif, kemampuan berbahasa, daya fantasi, giat belajar, dan teknik-teknik studi. Perkembangan intelek, bakat khusus, sosial dan bahasa merupakan beberapa contoh dari fenomena campuran.

BAB IV. PENERAPAN FENOMENA-FENOMENA KEJIWAAN INDIVIDU DALAM BELAJAR
A. Pengertian belajar
Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif, konstan, dan berbekas. Dalam kaitan ini maka antara proses belajar dengan perubahan adalah dua gejala saling terkait yakni belajar sebagai proses dan perubahan sebagai bukti dari hasil dari yang diproses.
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
- bahan atau hal yang akan dipelajari
- faktor lingkungan
- faktor instrumental
- kondisi individual peserta didik
C. Fenomena-fenomena kejiwaan yang mempengaruhi belajar
Masalah belajar adalah masalahnya setiap orang. Hampir semua kecakapan, keterampilan, pengetahuan, kebiasaan, kegemaran, dan sikap manusia terbentuk, dimodifikasi dan berkembang karena belajar. oleh karena itu jelaslah kiranya terdapat bermacam-macam fenomena di lapangan dalam kegiatan belajar dikarenakan adanya perbedaan sikap, pendapat dan perilaku yang menimbulkan adanya fenomena kejiwaan individu dalam belajar.
D. Menerapkan fenomena-fenomena kejiwaan individu dalam belajar
- perhatian: definisi perhatian yang dibuat oleh para psikolog ada dua macam. Yang pertama adalah pemusatan energi psikis tertuju kepada suatu objek. Yang kedua adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas yang sedang dilakukan. Makin banyak kesadaran yang menyertai suatu aktivitas, maka makin intensif perhatiannya. Aktivitas yang disertai dengan perhatian yang intensif akan lebih berhasil, dalam artian prestasinya lebih tinggi.
- Pengamatan: manusia mengenal dunia riil, baik dirinya sendiri maupun sekitarnya, dengan melihat, mendengar, meraba, membauinya, dan mencecapnya. Cara mengenal objek yang demikian itu disebut mengamati, sedangkan melihat, mendengar, meraba, membau dan mencecap itu disebut modalitas pengamatan. Dari kelima modalitas tersebut yang telah mendapatkan penelitian secara psikologis dengan cukup intensif adalah penglihatan.
- Tanggapan: didefinisikan sebagai gambaran yang tinggal dalam ingatan setelah orang melakukan pengamatan. Tanggapan yang ada pada diri seseorang akan berpengaruh terhadap proses belajarnya kemudian, maka diusahakan agar tanggapan-tanggapan itu benar dan cermat, sehingga tanggapan tersebut dapat mempunyai peranan yang positif terhadap kegiatan belajar.
- Fantasi: didefinisikan sebagai kemampuan untuk membentuk tanggapan-tanggapan baru berdasarkan atas tanggapan yang ada. Atau dapat pula dikatakan fantasi adalah suatu fungsi yang memungkinkan individu untuk berorientasi dalam alam imajiner, melampaui dunia riil.
- Ingatan: secara teori orang dapat membedakan adanya tiga aspek dalam berfungsinya ingatan yaitu: mencamkan, mengingat dan mereproduksi. Pencaman bahan pelajaran akan lebih berhasil jika orang tidak saja membaca bahan pelajaran itu, tetapi juga menyuarakannya dan mengulang-ulangnya.
- Berpikir: pikiran mempunyai kedudukan yang boleh dikata menentukan dalam dunia studi. Karena itu menjadi kewajiban tenaga pengajar untuk memberikan bantuan sebaik-baiknya kepada peserta didiknya agar mereka dapat mengembangkan kemampuan berpikir mereka dengan baik.
- Intelegensi dan bakat: banyak pendapat bahwa intelegensi atau kecerdasan merupakan salah satu faktor penting yang ikut menentukan berhasil atau gagalnya belajar seseorang. Semakin meningkat umur seseorang, semakin dewasa pula cara berpikirnya. Perkembangan cara berpikir seseorang dari yang kongkrit ke yang abstrak tidak bisa dipisahkan dari perkembangan intelegensinya.
- Motif: motif adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong dia untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan. Persaingan yang sehat baik secara individual dan mau pun secara kelompok dapat meningkatkan motif untuk belajar.

BAB V. MENGANALISIS PERKEMBANGAN INDIVIDU MENURUT PARA PSIKOLOG
A. Pengertian perkembangan
Pendapat para ahli mengenai perkembangan berbeda-beda. Akan tetapi walaupun berbeda, semuanya mengakui bahwa perkembangan adalah suatu perubahan menuju ke arah yang lebih maju, lebih dewasa. Individu selama perkembangannya tidak mempunyai kehidupan yang stabil tapi dinamis. Dan perkembangan merupakan hal yang berkesinambungan.
B. Prinsip-prinsip perkembangan.
- perkembangan berlangsung seumur hidup dan meliputi seluruh aspek
- setiap individu memiliki kecepatan dan kualitas perkembangan yang berbeda
- perkembangan secara relatif beraturan, mengikuti pola-pola tertentu
- perkembangan berlangsung secara berangsur-angsur sedikit demi sedikit
- perkembangan berlangsung dari kemampuan yang bersifat umum menuju yang ke lebih khusus, mengikuti proses diferensiasi dan integrasi
- secara normal perkembangan individu mengikuti seluruh fase tetapi karena faktor-faktor khusus, fase tertentu bisa dilewati dengan cepat atau sangat lambat
- sampai batas-batas tertentu perkembangan suatu aspek dapat dipercepat atau diperlambat
- perkembangan aspek-aspek tertentu berjalan sejajar atau berkorelasi dengan aspek lainnya
- pada saat-saat tertentu dan dalam bidang-bidang tertentu perkembangan pria berbeda dengan wanita

C. Aspek-aspek perkembangan
- fisik dan motorik: pada awal kehidupannya yaitu pada saat dalam kandungan dan tahun-tahun pertama, perkembangan aspek ini sangat menonjol
- sosial: aspek ini meliputi kepercayaan akan diri sendiri, berpandangan objektif, keberanian menghadapi orang lain menyangkut kematangan emosi, ketepatan sikap dan lain-lain.
- Intelektual: kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif ada yang bersifat potensial seperti bakat dan ada kecakapan nyata atau kecakapan hasil belajar, seperti kecakapan dalam bidang fisika, matematika dan lain-lain
- Bahasa: kecakapan dalam bidang bahasa meliputi kecakapan memahami isyarat dan bunyi, kecakapan menyampaikan buah pikiran atau menerima pemikiran orang lain.
- Emosi: aspek ini mencakup kematangan emosi, ketepatan sikap dan lain-lain.
- Moral dan keagamaan: aspek ini berkembang sejak kecil. Peranan lingkungan terutama lingkungan keluarga sangat dominan dalam perkembangan aspek ini.

D. Pengertian pertumbuhan, belajar, dan perbedaannya dengan perkembangan
- Pengertian pertumbuhan
Pertumbuhan adalah suatu peristiwa atau keadaan yang subur sekali guna perkembangan lebih lanjut, yakni suatu hasil yang muncul karena peristiwa pertumbuhan.
- pengertian belajar
menurut witherington belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan.
- perbedaan pengertian perkembangan, belajar dan pertumbuhan
perbedaan pertama adalah pertumbuhan lebih banyak berkenaan dengan aspek-aspek fisik sedangkan perkembangan dengan aspek-aspek psikis atau rohaniah. Perbedaan kedua adalah pertumbuhan menunjukkan perubahan atau penambahan secara kuantitas yaitu penambahan dalam ukuran besar atau tinggi sedangkan perkembangan berkaitan dengan peningkatan kualitas yaitu peningkatan dan penyempurnaan fungsi. Perbedaan ketiga adalah suatu pertumbuhan aspek tertentu akan berakhir apabila telah mencapai kematangannya sedangkan perkembangan terus berlangsung sampai akhir hidupnya.
E. Aliran-aliran perkembangan individu
- Konsepsi aliran asosiasi
Menurut aliran ini, perkembangan adalah proses asosiasi. Para ahli yang mengikuti aliran ini yang primer adalah bagian-bagian. Bagian-bagian ada lebih dahulu sedangkan keseluruhan ada lebih kemudian. Bagian ini terikat satu sama lain menjadi keseluruhan oleh asosiasi. Contoh: bagaimana terbentuknya pengertian lonceng.
- konsepsi aliran gestalt dan neo gestalt
menurut aliran gestalt perkembangan adalah proses diferensiasi. Sedangkan menurut aliran neo gestalt yang dirintis oleh kurt lewin yaitu proses diferensiasi itu masih ditambah proses stratifikasi.
- konsepsi aliran sosiologis
perkembangan adalah proses sosialisasi. Anak mula-mula bersifat asosial kemudian dalam perkembangannya sedikit demi sedikit disosialisasikan.

BAB VI. FAKTOR-FAKTOR PERKEMBANGAN INDIVIDU
A. Konsep perkembangan individu
Perkembangan menganut prinsip-prinsip sebagai berikut:
- perkembangan berlangsung terus-menerus sepanjang hayat
- dalam batas tertentu perkembangan dapat dipercepat
- perkembangan dipengaruhi oleh faktor bawaan, lingkungan dan kematangan
- untuk aspek tertentu perkembangan wanita lebih cepat daripada pria
- individu yang normal mengalami semua fase perkembangan
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
Ada dua faktor yang mempengaruhi perkembangan yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari faktor herediti, faktor aktifitet, faktor usia, faktor jenis kelamin, dan faktor intelegensi. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari lingkungan, pendidikan, insentif, dan kultur atau budaya.

C. Mazhab perkembangan individu
- nativisme
aliran ini dipelopori oleh schopenhauer yang menyatakan bahwa perkembangan individu semata-mata ditentukan faktor yang dibawa sejak lahir, para ahli yang mempertahankan konsep ini menunjukkan berbagai kesamaan atau kemiripan antara orang tua dan anaknya.
- empirisme
tokoh aliran ini adalah john locke yang berpendapat bahwa manusia ketika lahir diibaratkan sebagai meja lilin atau tabula rasa yang putih dan bersih sehingga pengaruh lingkungan dan pendidik berkuasa menulis apa saja.
- konvergensi
tokoh aliran ini adalah wiliam stern yang berpandangan bahwa manusia berkembang dipengaruhi oleh faktor natur (pembawaan) dan lingkungan atau pendidikan.
D. Merasionalkan beberapa faktor perkembangan individu
- azas biologis
justru karena anak itu adalah makhluk biologis maka dia berkembang. Tetapi jika bukan makhluk hidup maka tidak akan mengalami perkembangan. Supaya perkembangan anak berlangsung secara normal maka keadaan biologis harus normal pula. Keadaan biologis yang cacat akan menimbulkan kelainan-kelainan dalam perkembangannya. Untuk mencapai perkembangan yang normal maka kebutuhan-kebutuhan biologis harus terpenuhi secara normal pula.
- azas ketidakberdayaan
bahwa anak manusia pada waktu masih sangat muda adalah sangat tidak berdaya dan suatu keharusan bahwa dia perlu berkembang menjadi berdaya. Jika perkembangan hewan cukup dengan insting-instingnya tetapi anak manusia hidup dalam dunia terbuka sehingga perkembangannya tidak dibatasi oleh instingnya.
- azas keamanan
kecuali kebutuhan-kebutuhan biologis anak memerlukan adanya rasa aman, karena itu perlu adanya pertolongan dan perlindungan dari orang yang mendidik. Inti dari perlindungan ini adalah kasih sayang orang tua. Kurangnya kasih sayang orang tua akan cenderung mengganggu perkembangan perasaan.
- azas eksplorasi
bahwa di dalam perkembangan anak tidak pasif semata-mata menerima pengaruh dari luar tetapi dia juga aktif mencari dan menemukan. Hal ini dilakukan dengan cara dengan fungsi jasmaniah (mulut, kaki). setelah bertambah umurnya eksplorasi juga dilakukan dengan fungsi panca indera. Justru di dalam eksplorasi itulah individu itu berkembang.

BAB VII. MENGEVALUASI TEORI-TEORI PSIKOLOGIK BELAJAR
A. Teori belajar beserta tokohnya
1. teori belajar menurut paradigma behaviorisme
a. Thorndike
- trial and error: mencoba-coba mengalami kegagalan
- law of effect: yang berarti bahwa segala tingkah laku yang berakibat suatu keadaan yang memuaskan (cocok dengan situasi) akan diingat dan dipelajari dengan sebaik-baiknya
- law of readines: kesiapan untuk bertindak atau bereaksi terhadap stimulus
- law of exercise: makin banyak dipraktekkan atau digunakannya hubungan stimulus respons maka hubungan tersebut semakin kuat
b. Ivan Pavlov
- pembiasaan baru pada anjing karena adanya latihan terus menerus
- bunyi bel yang senantiasa diikuti dengan munculnya makanan memberikan pengalaman bagi anjing untuk secara refleks mengeluarkan air liur begitu mendengar bel
- kebiasaan anjing tersebut di atas akan berangsur-angsur hilang apabila diikuti dengan pemberian makanan
c. E R Gutrie
- Incompatible response method: metode reaksi berlawanan
- Exhaution method: metode membosankan
d. B F Skinner
- responden response: reflexive response
- operan response: instrumental response
2. Teori belajar menurut paradigma kognitivisme
a. Gestalt: suatu konsep yang penting dalam psikologi Gestalt adalah tentang insight yaitu pengamatan atau pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antar bagian-bagian di dalam situasi permasalahan.
b. Kurt Lewin: berpendapat bahwa tingkah laku merupakan hasil interaksi antar kekuatan-kekuatan baik dari dalam individu seperti tujuan, kebutuhan, tekanan kejiwaan, maupun dari luar individu seperti tantangan dan permasalahan
c. Jean Piaget: menyelidiki pertumbuhan intelektual atau kognisi berdasarkan dalil bahwa struktur intelektual terbentuk di dalam individu akibat interaksinya dengan lingkungan.
d. Jerome Bruner: berpendapat bahwa mata pelajaran dapat diajarkan secara efektif dalam bentuk intelektual yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak, mengembangkan program pengajaran yang lebih efektif adalah dengan mengoordinasikan model penyajian bahan dengan cara di mana anak dapat mempelajari bahan itu sesuai dengan tingkat kemajuan anak, guru harus memberikan kesempatan kepada muridnya dalam menemukan arti bagi diri mereka sendiri dan mempelajari konsep-konsep di dalam bahasa yang dimengerti oleh mereka
3. Teori belajar menurut paradigma humanisme
a. Combs: melukiskan persepsi diri dan persepsi dunia seseorang seperti dua lingkungan (besar dan kecil) yang bertitik pusat satu lingkungan kecil lingkaran kecil adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkaran besar adalah gambaran dari persepsi dunia
b. Maslow: teori didasarkan atas asumsi bahwa di dalam diri kita ada dua hal yaitu suatu usaha yang positif untuk berkembang dan kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu
c. Karlrogers: belajar atas inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya baik perasaan maupun intelektualnya, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam
B. Jenis belajar
- part learning/ tractioned learning: belajar bagian
- learning by insight: belajar dengan wawasan
- diskriminatif learning: belajar diskriminatif
- global whole learning: belajar global atau keseluruhan
- insidental learning: belajar insidental
- instrumental learning: belajar instrumental
- intentional learning: belajar intensional
- laten learning: belajar laten
- mental learning: belajar mental
- productive learning: belajar produktif
- verbal learning: belajar verbal
C. Ciri-ciri teori belajar
1. ciri-ciri teori behaviorisme
- mementingkan pengaruh lingkungan
- mementingkan bagian-bagian
- mementingkan peranan reaksi
- mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar
- mementingkan sebab-sebab di waktu yang lalu
- mementingkan pembentukan kebiasaan
- dalam pemecahan masalah ciri klasiknya adalah trial and eror
2. ciri-ciri kognitifisme
- mementingkan apa yang ada pada diri sendiri
- mementingkan keseluruhan
- mementingkan peranan fungsi kognitif
- mementingkan keseimbangan dalam diri si pelajar
- mementingkan kondisi yang ada pada waktu itu
- mementingkan pembentukan struktur kognitif
- dalam pemecahan masalah cirinya adalah insight
3. ciri-ciri humanisme:
- mementingkan manusia sebagai pribadi
- mementingkan kebulatan pribadi
- mementingkan peranan kognitif dan afektif
- mementingkan persepsi subyektif yang dimiliki tiap individu
- mementingkan kemampuan menentukan bentuk tingkah laku sendiri
- mengutamakan insight

BAB VIII. MENERAPKAN TEORI-TEORI BELAJAR DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN
A. Behavioristik
1. koneksionisme oleh Thorndike: terdapat tiga hukum pokok dan enam hukum tambahan
- law of readiness (hukum kesiapan): di dalam hukum ini terdapat keadaan yang menunjukkan seseorang mempunyai keinginan bertindak maka ia akan melakukan dan apabila tidak melakukannya maka akan menimbulkan ketidakpuasan atau sebaliknya, bila ia melakukan akan menimbulkan kepuasan maka dia tidak akan melakukan tindakan lain untuk mengurangi rasa tidak puasnya.
- Law of exercise (hukum latihan): di dalam hukum ini ditunjukkan bahwa suatu kegiatan akan mudah dikerjakan kalau kita sudah terbiasa atau sudah lama kita tidak melakukannya pasti akan kesulitan dalam mengerjakannya
- Law of effect (hukum akibat): dalam hukum ini ditunjukkan bahwa suatu perbuatan yang akibatnya baik pasti akan dilakukan lagi, tapi sebaliknya kalau akibatnya buruk pasti tidak akan dilakukan lagi
- Belongingness: suatu koneksi akan lebih mudah dipelajari bila stimulus yang dipelajari itu termasuk dalam satu situasi
- Multiple response: bila seseorang menghadapi suatu masalah ada kemungkinan orang itu akan mengadakan bermacam-macam reaksi dengan maksud mencoba-coba berbagai macam cara untuk menemukan salah satu cara yang paling tepat
- Attitude: di dalam belajar, sikap menentukan arah dan bentuk perbuatan. Di samping itu sikap juga menyebabkan orang memilih reaksi atau perbuatan yang menyebabkan kepuasan
- Partial activity: bila orang dihadapkan pada situasi, ia mampu melihat ciri pokok dari situasi itu dan hanya akan bereaksi sesuai dengan ciri pokok itu tanpa memperlihatkan ciri-ciri yang lain yang menyertai situasi itu
- Response by analogi: bila seseorang menghadapi situasi baru, ia cenderung menggunakan reaksi atau sebagian dari reaksi yang pernah ia lakukan pada waktu menghadapi situasi yang mirip dengan situasi baru itu
- Associative shifting: bila kita ingin seseorang melakukan reaksi dengan terlebih dahulu harus diberikan syarat-syarat tertentu baru ia mau melakukannya, maka pada suatu saat orang itu akan mengerjakan tugasnya itu tanpa disertai syarat
2. Kondisioning
a. kondisioning klasik oleh Ivan Plavov: dalam teori ini ditunjukkan bahwa bagaimana tingkah laku dapat dibentuk dengan pengaturan dan manipulasi lingkungan. Dan tingkah laku tertentu dapat dibentuk dengan secara berulang-ulang. Tingkah laku itu tadi dipancing dengan sesuatu yang memang dapat menimbulkan tingkah laku itu
b. kondisioning operan oleh Skinner:
- seseorang akan melakukan sesuatu kalau ada rangsangannya
- seseorang akan melakukan terus dan terus mengembangkannya karena rangsangan itu tetap ada
c. teori kondisioning Guthrie: dengan prinsip belajar kondisioning, Guthrie mencoba mengubah tingkah laku yang kurang baik. Metode mengubah tingkah laku menurut Guthrie yaitu:
- reaksi berlawanan: bila kita ingin mengubah atau menghilangkan reaksi R terhadap stimulus S, maka pada waktu stimulus S itu diberikan, stimulus lain yang reaksinya berlawanan dengan reaksi yang akan diubah diberikan sekaligus
- membosankan: yaitu cara dengan membiarkan saja tingkah laku itu berlangsung. Dengan demikian akan timbul kebosanan dan orang yang melakukan perbuatan itu akan berhenti dengan sendirinya
- mengubah lingkungan: yaitu cara dengan jalan memutuskan atau memindahkan stimulus yang menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan itu
B. Kognitif
1. teori Gestalt
Insightful learning yang merupakan bentuk utama belajar menurut Gestalt mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
- Insightful learning itu tergantung kepada kemampuan dasar si pelajar, kemampuan dasar ini tergantung kepasa umur, keanggotaan dalam spesies, dan perbedaan individual dalam suatu spesies
- Insightful tergantung kepada pengaturan situasi yang dihadapi. Insightful learning ini hanya mungkin timbul apabila situasi belajar ini diatur sedemikian rupa, sehingga aspek yang diperlukan dapat diobservasi
- Insightful didahului periode mencari dan mencoba-coba. Sebelum memecahkan masalah subyek mungkin melakukan hal-hal yang kurang relevan terhadap pemecahan problem tersebut
- Pemecahan soal dengan pengertian dapat diulangi dengan mudah. Sekali sudah dapat memecahkan suatu soal dengan pengertian maka orang akan dengan mudah mengulangi pemecahan itu dan ini akan dilakukan secara langsung
- Sekali insghtful telah diperoleh maka lalu dapat digunakan untuk menghadapi situasi-situasi lain.
Dalam proses memperoleh insght terdapat dua aktivitas yang penting yaitu:
- proses generalisasi: yaitu proses penarikan hubungan yang penting atas dasar kesamaan struktur dan bentuk atau ciri-ciri umum dari suatu pengalaman
- proses diferensiasi: yaitu proses yang menyebabkan orang sadar akan adanya perbedaan-perbedaan yang penting yang terdapat pada sejumlah pengalaman
2. Medan oleh Kurt Lewin
Menurut pandangan Lewin belajar adalah:
a. belajar adalah pengubahan struktur kognitif. Pemecahan problem hanya dapat terjadi apabila struktur kognitif diubah
b. peranan hadiah dan hukuman merupakan dua sarana motivasi yang berguna, tapi dalam penggunaannya memerlukan pengawasan yang cukup
c. faktor motivasi lain yang penting yaitu pengalaman sukses dan gagal. Pengalaman sukses dapat dibedakan adanya beberapa tingkatan:
- betul-betul mencapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan
- sudah ada dalam daerah tujuan yang ingin dicapai
- Telah membuat kemajuan ke arah tujuan yang dikehendaki
- Telah berbuat sesuatu, yang oleh masyarakat dianggap sebagai suatu cara untuk mencapai tujuan
d. taraf aspirasi: pengalaman sukses dan gagal itu bersangkutan langsung dengan taraf aspirasi seseorang.
3. Teori belajar bandura
Menurut Bandura proses belajar terjadi dengan mengantai dan meniru apa yang di sekitarnya. Oleh karena itu dinamakan social learning. Dalam social learning tersapat dua prinsip yaitu modeling dan imitation.
C. Humanistis
1. combs
Ahli-ahli humanis mengatakan bahwa dalam belajar diperlukan dua hal yaitu pemerolehan informasi baru dan personalisasi (mempribadikan nilai-nilai) informasi tersebut pada individu.
2. Carl Rogers
Dalam bukunya ‘freedom to learn’ Rogers mengajukan sejumlah prinsip-prinsip belajar antara lain:
- manusia itu mempunyai kemampuan untuk belajar secara alami
- belajar yang signifikan terjadi apabila subyek matter dirasakan murid mempunyai relevansi maksudnya sendiri
- belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri dianggap mengancam dan cenderung ditolaknya
- tugas-tugas belajar yang mengancam diri adalah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil
- apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai rasa yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar
- belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya
- belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggung jawab dalam proses belajar itu
- belajar atas inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa secara seutuhnya, baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari
- kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan kreativitas lebih mudah dicapai apabila terutama siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengkritik dirinya sendiri dan penilaian diri orang lain merupakan cara kedua yang penting
- belajar yang paling berguna secara sosial di dunia modern ini ialah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam dirinya sendiri mengenai proses perubahan itu

3. Arahan Maslow
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri manusia terdapat dua hal yaitu suatu usaha yang positif untuk berkembang dan kekuatan yang menolak atau yang melawan perkembangan itu. Maslow mengatakan adanya motif bertingkat pada manusia yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan memperoleh kasih sayang, kebutuhan memperoleh penghargaan, kebutuhan untuk aktualisasi diri, kebutuhan untuk mengetahui dan mengerti, dan kebutuhan estetis.

D. Psikoanalisis
Dua mekanisme pertahanan yang mengandung prinsip-prinsip belajar adalah:
1. identifikasi: merupakan metode yang dipergunakan orang dalam menghadapi orang lain dan membuatnya menjadi bagian dari kepribadiannya
2. pemindahan obyek: bila obyek pilihan sesuatu insting asli dapat dicapai karena adanya rintangan baik dari dalam atau dari luar, maka terjadilah dorongan yang baru, kalau terjadi penekanan yang kuat, demikian seterusnya sehingga ada obyek yang dapat digunakan untuk mereduksikan tegangan
Ciri-ciri utama psikoanalisis adalah:
- proses kejiwaan meliputi proses kesadaran dan proses ketidaksadaran
- menganut prinsip psychic determinism yang berarti bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam pikiran seseorang tidaklah terjadi secara kebetulan melainkan karena peristiwa kejiwaan yang mendahuluinya. Peristiwa kejiwaan yang satu berkaitan dengan peristiwa lainnya, dan menimbulkan hubungan sebab akibat
- proses mental yang tidak disadari fungsinya lebih banyak dan lebih penting dalam kondisi mental baik normal maupun abnormal

BAB IX. KECERDASAN INTELEKTUAL (IQ)
A. Pengertian kecerdasan
Breekenridge and Vincent menyatakan bahwa ‘inteligence, we usually mean a person’s ability to learn, to adapt, to solve new problem’. Sedangkan menurut Woodworth inteligensi adalah suatu tindakan yang bijaksana dalam menghadapi setiap situasi secara cepat dan tepat. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah kapasitas umum dari kesadaran individu untuk berpikir, menyesuaikan diri, memecah masalah yang dihadapi secara bijaksana, cepat dam tepat.
B. Pengertian Kecerdasan Intelektual
Kecerdasan intelektual merupakan salah satu faktor penting yang ikut menentukan berhasil atau gagalnya belajar seseorang. Menurut para psikolog kecerdasan intelektual adalah kecerdasan menghadapi persoalan teknikal dan intelektual.
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan taraf inteligensi
- faktor hereditas
Teori hereditas atau nativisme pertama kali dipelopori oleh seorang ahli filsafat Schopenhauer. Dia berpendapat bahwa manusia lahir sudah membawa potensi-potensi tertentu yang tidak dapat dipengaruhi lingkungan. Berdasarkan teorinya, taraf inteligensi sudah ditentukan sejak anak dilahirkan sedangkan faktor lingkungan sama sekali tak berarti pengaruhnya.

- faktor lingkungan
Teori lingkungan atau empirisme dipelopori oleh John Locke. Dia berpendapat bahwa manusia dilahirkan sebenarnya suci atau tabularasa. Munurut pendapatnya, perkembangan manusia sangatlah ditentukan oleh lingkungannya. Berdasarkan pendapat John Locke tersebut, perkembangan taraf inteligensi sangatlah ditentukan oleh pengalaman dan pengetahuan yang diperolehnya dari lingkungan hidupnya.
D. Pengukuran taraf inteligensi
Alfrede Binet dan Theodore Simon menciptakan tes inteligensi dengan landasan item-item yang digunakan diharapkan dapat dijawab oleh anak-anak tanpa memerlukan latihan khusus, sehingga hasil tes yang diperoleh betul-betul menunjukkan kemampuan si anak. Mereka memilih dua dasar item yaitu menyeleksi pertanyaan materi tesnya diharapkan belum dikenal anak-anak dan memilih item-item yang diharapkan anak-anak dapat merefleksikan pengalaman masa lampaunya.
- alat-alat tes yang mengukur taraf inteligensi
• Test colour progressive matrix (CPM), PM 40, PM 60, PM advanced standard from J C Raven M Sc. Tes ini digunakan berdasarkan kelompok umur.
• Test Binet Scale from Alfred Binet, Binet Simon, Stanford Binet,
• The wheesler preschool and primary scale of inteligence (WPPSI untuk anak umur 4-6 tahun), The whessler inteligence scale for children (WISC) the wheesler adult inteligence Scale (WAIS) dan the bellevue inteligence scale (WBIS) oleh David Weesler
• The drawing of a man from Goodenough Haris
• Valentine test
• Timtum 69 timtum 70 oleh Thurston
• Figure reasoning test (FRT) oleh John C Daniels
• Test IQ Bearbon, teat IQ OTIS, Test IQ Magers
• Test IQ dengan menggunakan alat elektronika oleh Profesor Hans Evsenck
- konsep IQ (inteligence quotient)
Untuk memudahkan cara menghitung angka taraf inteligensi dibuatlah rumus
IQ = MA x 100
CA
IQ= intelligence quotient= indeks taraf inteligensi
MA= mental age= umur mental yang diperoleh dari hasil tes
CA= chronological age= umur penanggalan yang diperoleh dari umur kelahiran atau tahun kelahiran

- menentukan taraf inteligensi dengan menggunakan skala nilai
Ahli psikologi Yarkes dan Foster berpendapat bahwa mengukur taraf inteligensi dengan menggunakan skala nilai lebih menguntungkan bila dibandingkan dengan menggunakan skala umur dengan lasan sebagai berikut:
o Skala nilai untuk penelitian tunggal
o Seleksi berdasarkan fungsi yang diukur
o Tes diberi tingkatan dan dapat digunakan untuk umur yang berbeda-beda
o Standarisasinya secara eksternal dan fleksibel
o Penilaian gradual
o Kuantitatif
o Semuanya dapat diukur
o Tes diperhitungkan secara tidak sama
o Menganalisa fungsi-fungsi yang berkembang
o Ukuran dari berbagai tingkat umur dapat diperbandingkan

Salah satu ahli psikologi yang menggunakan skala nilai adalah David Weesler. Tes inteligensi dari David Weesler terdiri dari enam sub tes verbal dan lima sub tes performance.
Tes verbal terdiri dari:
? Information: pengetahuan umum, pendidikan, minat, budaya dan masyarakat sekitarnya
? Comprehension: problem praktis atau konkret, keterangan, sifat kepribadian, dan latar belakang budaya
? Arithmetic: konsentrasi, kecepatan dan ketepatan berhitung
? Similarities: daya abstraksi dan esensial problem
? Digit span: konsentrasi dan ingatan mekanis
? Vocabulary: mengungkapkan kemampuan bahasa
Tes performance terdiri dari:
? Picture completion: persepsi kritis, taraf kemampuan, persepsi visual, pengenalan visual, melihat bagian-bagian yang esensial dan minat
? Picture arrangement: daya observasi, cara berpikir, trial and eror, logika, insight dalam situasi sosial dan relasi
? Block design: konsentrasi, kemampuan analisa, sintesa, cara berpikir global atau sistematis, pendekatan terhadap situasi, kepribadian, trial and eror
? Object assembly: kecepatan, insight, kemampuan abstraksi dan sintesa
? Digit symbol: kecepatan kerja, ketelitian, ingatan mekanis, sensomotorik, proses learning
- penggolongan taraf inteligensi
Taraf Inteligensi Inteligence Quotient (IQ)
? Very superior 140- ke atas
? Superior 120-140
? High average 110-120
? Normal or average 90-110
? Low normal 80-90
? Borderline defective 70-80
? Moron or debil 50-70
? Imbecil 25-70
? Idiot 25 ke bawah

BAB X. KECERDASAN EMOSI
A. Pengertian emosi
Emosi merupakan dorongan untuk bertindak, rencana seketika untuk mengatasi masalah yang telah ditanamkan secara berangsur-angsur yang terkait dengan pengalaman. Kata emosi berasal dari bahasa latin movere yang berarti menggerakkan, bergerak atau bergerak menjauh. Pada dasarnya emosi merupakan suatu kegiatan atau pergolakan pikiran dan suatu kecenderungan untuk bertindak.
Menurut D Goleman emosi terbagi menjadi:
Amarah seperti mengamuk, benci, terganggu, kesal hati
Kesedihan seperti berduka, asa, depresi
Rasa takut seperti cemas, gugup, khawatir, tidak tenang, fobia, panik
Kenikmatan seperti senang, bahagia, gembira, puas, bangga, terhibur
Cinta seperti perasaan kasih sayang, kepuasan seksual, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati
Terkejut seperti takjub, terpana
Jijik, jengkel, hina

B. Pengertian kecerdasan emosi
• M Stankov L Davies: kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan emosi dirinya sendiri dan orang lain, membedakan satu emosi dengan lainnya dan menggunakan informasi tersebut untuk menuntun proses berpikir serta perilaku seseorang
• Cooper dan Sawaf: kecerdasan emosional merupakan kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang manusiawi
• John Mayer: Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk memahami emosi orang lain dan cara mengendalikan emosi diri sendiri
• Sebagian peneliti beranggapan tentang adanya hubungan adanya kecenderungan emosi tertentu dengan kemampuan nalar seseorang
• Sebagian peneliti lain beranggapan bahwa kecerdasan emosi secara spesifik terkait erat dengan berbagai bentuk kecerdasan lainnya. Bentuk kecerdasan lainnya sering kali tidak berhubungan satu sama lain
• Dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosi merupakan kemampuan untuk mengenali, mengelola dan mengekspresikan dengan tepat, termasuk untuk memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain serta membina hubungan dengan orang lain
C. Ciri-ciri kecerdasan emosional
o Kemampuan memahami pengalaman emosi pribadi: merupakan kemampuan seseorang dalam mengenali perasaannya sendiri ketika perasaan atau emosi muncul, merupakan dasar dari kecerdasan emosional
o Kemampuan mengendalikan emosi: adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan kemampuannya sendiri sehingga tidak meledak dan akhirnya dapat mempengaruhi perilakunya secara salah
o Kemampuan memotivasi diri: yaitu kemampuan untuk memberikan semangat kepada diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang baik dan bermanfaat
o Memahami emosi orang lain: adalah kemampuan untuk mengerti perasaan dan kebutuhan orang lain sehingga orang lain tersebut akan senang dan dimengerti perasaannya
o Mengembangkan hubungan dengan orang lain: merupakan kemampuan untuk mengelola emosi orang lain sehingga tercipta keterampilan sosial yang tinggi dan membuat pergaulan seseorang menjadi lebih luas. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan komunikasi

TUGAS AKHIR SEMESTER STRATEGI BELAJAR MENGAJAR


TUGAS AKHIR SEMESTER
STRATEGI BELAJAR MENGAJAR






















OLEH:
MUHAMMAD ARIEF BUDIMAN
06151505


PROGRAM AKTA IV
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2006

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

SMP : SMP BUDIMAN
MATA PELAJARAN : BAHASA INGGRIS
KELAS/SEMESTER : VII / I
STANDAR KOMPETENSI : Memahami bacaan tentang hobi atau kegemaran
KOMPETENSI DASAR : Menentukan informasi tertentu dalam bacaan
INDIKATOR : 1. Menemukan gambaran umum tentang isi bacaan
2. menemukan semua informasi rinci yang tersurat
3. menemukan informasi rinci yang tersirat
ALOKASI WAKTU : 1 x pertemuan ( 40 menit )

1. Tujuan Pembelajaran
Disajikan bacaan tentang kegemaran, peserta didik mampu:
- Menemukan gambaran umum tentang isi bacaan
- menemukan semua informasi rinci yang tersurat
- menemukan informasi rinci yang tersirat

2. Materi Pembelajaran
Bacaan tentang hobi atau kegemaran:
- pets ( hewan kesayangan)
- sport (olah raga)
- camping (berkemah)

3. Metode Pembelajaran
- metode ceramah
- metode tanya jawab/dialog
- metode diskusi

4. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran
a. kegiatan pendahuluan
- menanyakan kepada peserta didik tentang beberapa hal yang menyangkut tentang hobi atau kegemaran
- memberikan motivasi pentingnya hobi atau kegemaran
- menyampaikan tujuan pembelajaran
b. kegiatan inti
- membaca teks tentang hobi atau kegemaran yang ada di buku ajar
- mencari informasi di media cetak (majalah, koran dsb) tentang hobi atau kegemaran
- mengerjakan lembar kerja
c. kegiatan penutup
- melakukan refleksi bersama terhadap pembelajaran yang sudah dilakukan
- menarik kesimpulan tentang pembelajaran tentang hobi atau kegemaran


5. sumber belajar
Buku paket, lembar kerja, dsb

6. Penilaian
a.teknik
tes tertulis
b.bentuk instrumen
tes uraian
c.soal/ instrumen
- do you have a hobby?
- what is your hobby?
- Do you do it every time?
- when do you do it?


Semarang, 2 Desember 2006
Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris



Muh Arief Budiman SS

Mengetahui
Kepala Sekolah



Mustopa Halmar

TUGAS AKHIR SEMESTER PERENCANAAN SISTEM PENGAJARAN


TUGAS AKHIR SEMESTER
PERENCANAAN SISTEM PENGAJARAN
DOSEN PENGAMPU: DRS M MUHTAR ARIFIN SHOLEH M LIB






















OLEH:
MUHAMMAD ARIEF BUDIMAN
06151505


PROGRAM AKTA IV
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2006
1. guru yang ideal adalah guru yang dapat menempatkan dirinya sebagai seorang yang ‘digugu’ dan ‘ditiru’. Hal ini, berarti guru haruslah orang yang memiliki kepribadian, ia tidak hanya menguasai sejumlah pengetahuan tetapi juga berbagai sumber nilai-nilai kehidupan, yang bermanfaat bagi siswa. Guru juga harus dapat berinteraksi dengan masyarakat, ia mampu mengikuti perkembangan masyarakatnya. Tidak ‘kuper’ atau kurang pergaulan, tidak ‘telmi’ atau telat mikir.
Guru juga harus memiliki beberapa kompetensi. Kompetensi guru berarti sejumlah kemampuan (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) yang harus dimiliki oleh seorang guru. Atau lebih jelasnya, bahwa guru hendaknya memiliki kemampuan baik pengetahuan, sikap ampu keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru. Kompetensi guru sangat banyak, tetapi dapat dikelompokkan menjadi:
a. kompetensi kepribadian (atau personal)
seorang guru harus mempunyai kepribadian yang mencerminkan tindak-tanduk guru pada umumnya. Seorang pendidik harus dapat menjadikan dirinya sebagai sosok teladan pare peserta didiknya
b. kompetensi profesional
seorang guru harus mempunyai sikap profesional terhadap bidang pekerjaan yang dimilikinya yaitu mampu melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Seorang pendidik juga diharapkan mampu membimbing dan memotivasi peserta didiknya.
c. kompetensi sosial
seorang guru harus mampu menempatkan dirinya di tengah-tengah masyarakat yang mengharapkan dirinya untuk selalu mempunyai kemampuan “mengajar”. Seorang pendidik diharapkan mampu membantu anak didiknya dalam mencari nilai-nilai hidup dan mengembangkan kepribadiannya serta pengetahuannya di tengah masyarakat.
d. kompetensi pedagogi
seorang guru harus memiliki intelektual yang baik yaitu: mempunyai pengetahuan yang bulat tentang apa yang akan diajarkan, mempunyai dasar-dasar pengetahuan yang luas tentang tujuan pengajaran yang hendak dicapai, menguasai metode mengajar, memiliki dasar pengetahuan untuk membimbing siswa menyangkut bakat, minat, kebutuhan dan aspirasi.

Sedangkan menurut Nashi Ulwan (1981) seorang pendidik harus memiliki lima kriteria, yaitu:
a. bertakwa kepada Allah (QS.3:102, QS.33:70,QS.66:22)
b. ikhlas (QS.19:110, QS.2:272, QS.4:114)
c. berilmu (QS.34:9, QS.58:11, QS.20:14)
d. santun, lemah lembut (QS.3:134, QS.7:199)
e. punya rasa tanggung jawab (QS.20:132, QS.15:92-93)

Berbeda dengan pendapat di atas, Abu Bakar Ahad AS Sayyid berpendapat bahwa seorang pendidik haru mempunyai beberapa kepribadian, yaitu:
a. mengenakan busana muslim bagi pendidik muslimah (QS.33:59, QS.24:33)
b. hendaklah memelihara jenggot bagi pendidik laki-laki muslim ‘peliharalah jenggotmu dan rapikanlah kumismu’ (HR Bukhari dan Muslim)
c. menampilkan wajah berseri ketika masuk kelas ‘berwajah ceria ketika bertemu dengan kawan’ (H Muslim )
d. memulai pembicaraan dengan Basmalah dan Salawat Nabi ‘setiap perkara yang penting tidak dimulai dengan Basmalah atau Hamdalah, maka terputuslah barokah dari Allah’ (Abu Daud dan Ibnu Majah)

Lebih lanjut menurut Zahara Idris, bahwa para pendidik adalah mereka yang memiliki kriteria sebagai berikut:
a. mempunyai pengetahuan yang bulat, up to date, tentang apa yang akan diajarkan
b. mempunyai dasar-dasar pengetahuan yang luas tentang tujuan pengajaran yang hendak dicapai
c. memiliki dasar pengetahuan untuk membimbing siswa menyangkut bakat, minat, kebutuhan, dan aspirasi
d. menguasai metode mengajar

sedangkan menurut Athiyah Al-Abrasyi, seorang guru harus memiliki kriteria sebagai berikut:
a. zuhud, tidak mementingkan materi (tidak materialistik), dan mengajar karena mencari keridaan Allah
b. bersih; yaitu berusaha membersihkan diri dari berbuat dosa dan kesalahan secara fisik, serta membersihkan jiwa dari sifat-sifat tercela dengan cara membersihkannya syirik, sifat ria, dengki, maupun permusuhan
c. ikhlas, antara lain dengan cara menyesuaikan antara perkataan dan perbuatan, serta tidak malu mengatakan secara jujur, bahwa saya tidak tahu terhadap masalah yang belum ia ketahui
d. suka pemaaf, yaitu memiliki sifat pemaaf yang tinggi
e. berperan sebagai bapak bagi siswa
f. menguasai materi pelajaran

pendapat yang lain lagi datang dari Abd al-Rahman al-Nahlawi. Tokoh ini mengemukakan bahwa syarat seorang pendidik meliputi sifat dan perilaku seperti:
a. harus memiliki sifat robbani
b. menyempurnakan sifat robbani dengan keikhlasan
c. memiliki rasa sabar
d. memiliki kejujuran dengan menerangkan apa yang diajarkan dalam kehidupan pribadi
e. meningkatkan wawasan pengetahuan dan kajian
f. menguasai variasi serta metode mengajar
g. mampu bersikap tegas dan meletakkan sesuatu sesuai dengan tempatnya (proposisi) sehingga ia akan mampu mengontrol diri dan siswanya
h. memahami dan menguasai psikologis anak dan memperlakukan mereka sesuai dengan kemampuan intelektual dan kesiapan psikologisnya
i. mampu menguasai fenomena kehidupan, sehingga memahami berbagai kecenderungan dunia beserta dampak yang akan ditimbulkan bagi peserta didik
j. dituntut memiliki sifat adil (objektif) terhadap peserta didik



2. Materi (atau bahan) pelajaran dirumuskan setelah tujuan pengajaran ditetapkan. Materi pelajaran memiliki sifat-sifat, yang dapat dikategorikan:
a. Fakta: adalah sifat dari suatu gejala, peristiwa, benda yang wujudnya dapat ditangkap oleh panca indera.
Contoh: dalam pelajaran ilmu pengetahuan alam dijelaskan bahwa bumi itu bulat, hal ini menunjukkan fakta
b. Konsep: atau pengertian adalah serangkaian perangsang yang mempunyai sifat-sifat yang sama.
Contoh: dalam pelajaran sosiologi diajarkan tentang konsep keluarga, hal ini menunjukkan konsep
c. Prinsip: adalah pola antar hubungan fungsional antara konsep.
Contoh: dalam pelajaran fisika diajarkan prinsip penguapan, pemuaian, dan lain sebagainya
d. Nilai: adalah suatu pola, ukuran, atau merupakan suatu tipe atau model.
Contoh: dalam bidang hukum diajarkan tentang hukum jual beli
e. Keterampilan: adalah pola kegiatan yang bertujuan, yang memerlukan manipulasi dan koordinasi informasi yang dipelajari.
Contoh: keterampilan menjahit, keterampilan mengetik
f. Prosedur: atau proses adalah serangkaian perubahan, gerakan-gerakan sesuatu secara berurutan.
Contoh: dalam pelajaran agama islam diajarkan tentang proses melaksanakan sholat
3. sumber-sumber materi pelajaran:
- kurikulum yang disediakan oleh pemerintah
- buku paket
- LKS
Dalam mengembangkan materi pelajaran kita harus mengingat hal-hal di bawah ini:
. Materi pelajaran harus sesuai dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Dalam menetapkan materi pelajaran ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
- materi harus sesuai dengan tujuan pembelajaran
- ditulis secara garis besar
- urutan sesuai dengan urutan tujuan
- berkesinambungan antara materi
- disusun secara hierarkis
Materi pelajaran mana yang harus dipilih, tentu tidak semua bahan atau materi diberikan, mengingat keterbatasan waktu dan pertimbangan-pertimbangan lain, seperti kemampuan siswa. Menetapkan materi perlu memperhatikan tujuan pengajaran, urgensi bahan, tuntutan kurikulum, nilai kegunaan, dan terbatasnya sumber bahan.
Dalam menentukan materi pelajaran kita harus ingat bahwa materi tersebut tidak boleh bertentangan dengan Alquran dan hadis. Jika perlu para pendidik menyisipkan unsur-unsur islami dalam materi pelajaran yang akan diajarkan. Dengan hal ini diharapkan siswa mampu memahami bahwa segala sesuatu tidak bisa lepas dari Alquran dan hadis.
Muhammad Fadhil al-Jamaly merumuskan kerangka materi kurikulum dalam pendidikan islam dalam sepuluh macam, yang intinya mencakup:
1. larangan mempersekutukan ALLAH.
2. berbuat baik kepada orang tua
3. memelihara, mendidik, dan membimbing anak sebagai tanggung jawab terhadap amanah Allah
4. menjauhi perbuatan keji dalam bentuk lahir dan batin
5. menjauhi permusuhan dan perbuatan makar
6. menyantuni anak yatim dan memelihara hartanya
7. tidak melakukan perbuatan di luar kemampuan
8. berlaku jujur dan adil
9. menepati janji dan menunaikan perintah
berpegang teguh kepada ketentuan hukum Allah

4. Metode mengajar adalah cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Jenis-jenis metode mengajar antara lain:
a. metode ceramah: adalah penuturan materi pelajaran secara lisan. Kelebihan metode ini adalah guru bisa menggunakan semua waktu yang tersedia untuk menerangkan semua materi, kelemahan metode ini adalah siswa tidak bisa ikut aktif, mereka hanya bisa jadi pendengar. Contoh: dalam pelajaran agama islam guru memberikan penjelasan dengan cara berceramah tentang suatu pokok bahasan, misalnya tentang puasa
b. Metode tanya jawab atau dialog: adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat lalu lintas dua arah, pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dengan siswa. kelebihan metode ini adalah siswa ikut aktif dalam proses belajar mengajar. Kelemahan metode ini adalah memakan banyak waktu. Contoh: dalam pelajaran biologi guru bertanya jawab tentang darah
c. Metode diskusi: adalah tukar menukar informasi, pendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, atau untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama. Kelebihan metode ini adalah siswa diajak ikut berpikir aktif tentang suatu permasalahan. Kelemahan metode ini adalah hanya siswa yang paling aktif yang bisa mendominasi diskusi. Contoh: dalam pelajaran geografi siswa berdiskusi tentang hujan
d. Metode tugas atau resitasi: adalah pemberian tugas yang bisa dilaksanakan di sekolah, di rumah, di perpustakaan, dan di tempat-tempat lain. Kemudian siswa yang telah melaksanakan tugas memberikan laporan yang disebut resitasi. Kelebihan metode ini adalah siswa bisa mencari dan mempelajari materi pelajaran selain yang di dapat di dalam kelas. Kelemahan metode ini adalah kurangnya pengawasan dari guru bisa dimanfaatkan siswa untuk saling menyontek.
e. Metode kerja kelompok: adalah metode mengajar yang menjadikan siswa dapat bekerja dalam situasi kelompok, baik kelompok besar maupun kelompok kecil. Kelebihan metode ini adalah siswa diharapkan mampu untuk belajar secara berkelompok dengan temannya. Kelemahan metode ini adalah memungkinkan bagi sebagian siswa untuk tidak ikut aktif dalam kegiatan kelompok. Contoh: dalam pelajaran bahasa inggris, guru memberi tugas kelompok kepada siswa untuk mengadakan wawancara dengan native speaker.
f. Metode demonstrasi atau eksperimen: adalah metode mengajar di mana guru memberikan demonstrasi di depan kelas. Kelebihan metode ini adalah siswa mampu mengamati secara nyata apa yang dimaksud oleh guru. Kelemahan metode ini adalah memakan banyak waktu. Contoh: dalam pelajaran agama islam, guru memberi demonstrasi bagaimana melaksanakan sholat dengan benar.
g. Metode problem solving: adalah metode mengajar di mana guru memberikan suatu permasalahan dan siswa diharapkan mencari jalan keluarnya. Kelebihan metode ini adalah siswa dituntut untuk mampu memecahkan masalah dengan kemampuannya sendiri. kelemahan metode ini adalah siswa belum tentu mampu memecahkan semua masalah yang diberikan tanpa bantuan guru. Contoh: dalam pelajaran matematika, guru memberikan suatu permasalahan tentang teori percepatan dan siswa diharapkan untuk mampu memecahkan masalah tersebut.
h. Metode sistem regu: adalah metode mengajar di mana guru membagi siswa dalam regu dan diharapkan belajar dan bekerja bersama regu yang telah terbentuk tersebut. Kelebihan metode ini adalah siswa mampu belajar dalam regu masing-masing. Kelemahan metode ini adalah siswa yang kurang aktif akan tertinggal dalam regunya. Contoh: dalam pelajaran bahasa Indonesia siswa diberi tugas untuk mengadakan seminar secara beregu
i. Metode latihan atau drill: adalah metode mengajar dimana guru memberikan latihan-latihan soal kepada siswa. kelebihan metode ini adalah guru mampu mengetahui sejauh mana siswa mampu menangkap materi yang diberikan. Kelemahan metode ini adalah siswa terlalu terbebani dengan banyaknya latihan yang diberikan. Contoh: dalam akhir setiap pelajaran, guru menggunakan metode drill untuk mengetes kemampuan siswa
j. Metode karyawisata: adalah metode mengajar dimana guru mengajak siswa untuk berkaryawisata ke tempat-tempat yang berhubungan dengan materi pelajaran. Kelebihan metode ini adalah memberikan siswa sedikit kegembiraan dalam berwisata. Kelemahan metode ini adalah memakan biaya yang banyak. Contoh: dalam pelajaran sejarah, guru mengajak para siswa untuk mengadakan karyawisata ke museum
k. Metode manusia sumber atau resource person: adalah metode mengajar dimana guru mendatangkan ahli dalam bidangnya untuk menerangkan langsung kepada siswa. kelebihan metode ini adalah siswa mampu bertanya langsung dengan orang yang bersangkutan. Kelemahan metode ini adalah susahnya mencari nara sumber. Contoh: dalam pelajaran bahasa inggris didatangkan native speaker
l. Metode simulasi: adalah metode mengajar dimana guru menciptakan kondisi tertentu seperti yang ada di kehidupan nyata untuk tujuan pembelajaran. kelebihan metode ini adalah siswa mampu membandingkan materi yang didapat di kelas dengan kehidupan nyata. Kelemahan metode ini adalah memakan banyak waktu. Contoh: dalam pelajaran olahraga, diadakan permainan bola voli dengan smua unsur yang sesuai dengan keadaan nyata
m. Metode sosiodrama: adalah metode mengajar dimana guru menugaskan siswa untuk membuat drama yang sesuai dengan bahan pelajaran. Kelebihan metode ini adalah siswa mampu mempraktekkan apa yang dipelajari. Kelemahan metode ini adalah memakan banyak waktu. Contoh: dalam pelajaran bahasa Indonesia siswa diberi tugas untuk mengadakan pertunjukkan drama
n. Metode survei masyarakat: adalah metode mengajar dimana guru menugaskan siswa untuk mengadakan survei di masyarakat secara langsung. Kelebihan metode ini adalah siswa mampu terjun langsung dalam kehidupan nyata. Kelemahan metode ini adalah memakan banyak waktu. Contoh: dalam pelajaran kewarganegaraan siswa diberi tugas untuk mengadakan survei tentang pemilihan umum.

5. Secara umum media pembelajar dapat memperlancar interaksi guru dan siswa, dan membantu siswa belajar secara optimal. Fungsi media pembelajaran adalah memperjelas penyajian pesan agar tidak verbalistis, mengatasi keterbatasan ruang dan waktu serta daya indera, menghilangkan sikap pasif siswa, dan membangkitkan motivasi belajar siswa.

Media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan atau informasi yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. atau media pembelajaran dapat disebut juga sebagai sarana fisik untuk menyampaikan isi atau materi pembelajaran. dengan kata lain media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima, sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa, sehingga terjadi proses belajar. Media pembelajaran dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. media audio: adalah media yang menghasilkan suara, contoh: kaset, tape recorder dan radio.
b. Media visual: adalah media yang dapat memperlihatkan rupa atau bentuk. Media visual bisa disebut juga sebagai alat peraga. Media visual dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. media visual dua dimensi.
- media visual dua dimensi pada bidang tidak transparan, contoh: gambar di atas kertas karton, gambar yang diproyeksikan dengan opaque projector, grafik, diagram popster, gambar cetak dan lain-lain.
- Media visual dua dimensi pada bidang transparan, contoh: slaid, lembar transparan untuk OHP.
2. media visual tiga dimensi, contoh: benda asli, model, contoh barang, dan alat tiruan sederhana.
c. media audio visual: adalah media yang menghasilkan rupa dan suara dalam satu unit, contoh: film bersuara, video, dan televisi.

TAWURAN ANTAR PELAJAR


TAWURAN ANTAR PELAJAR



















TUGAS MATA KULIAH SEMINAR PENDIDIKAN


OLEH:
MUHAMMAD ARIEF BUDIMAN
06151505


PROGRAM AKTA IV
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2006


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Maraknya tingkah laku agresif akhir-akhir ini yang dilakukan kelompok remaja kota merupakan sebuah kajian yang menarik untuk dibahas. Perkelahian antar pelajar yang pada umumnya masih remaja sangat merugikan dan perlu upaya untuk mencari jalan keluar dari masalah ini atau setidaknya mengurangi. Bonek yang merupakan sebutan pendukung setia klub sepak bola Persebaya Surabaya sering terlibat melakukan perkelahian antar suporter. Dan tidak kalah menarik adalah The jack mania sebutan bagi suporter klub sepak bola Persija Jakarta terlibat dalam aksi pembakaran sejumlah mobil dan membuat ulah lain yang sangat mengganggu keamanan setelah selesai pertandingan grand final Persija melawan Persipura Papua di mana Persija Jakarta pada waktu itu kalah. Masalah yang lebih menarik lagi adalah para pelajar SLTA di Jakarta dan kota-kota besar lain di Indonesia sering tawuran dan seolah-olah bangga dengan perilakunya tersebut.
Banyaknya tawuran antar pelajar di kota-kota besar di Indonesia merupakan fenomena menarik untuk dibahas. Di sini penulis akan memberi beberapa contoh dari berita-berita yang ada. Di Palembang pada tanggal 23 September 2006 terjadi tawuran antar pelajar yang melibatkan setidaknya lebih dari tiga sekolah, di antaranya adalah SMK PGRI 2, SMK GAJAH MADA KERTAPATI dan SMKN 4 (harian pagi Sumatra ekspres Palembang). Di Subang pada tanggal 26 Januari 2006 terjadi tawuran antara pelajar SMK YPK Purwakarta dan SMK Sukamandi (harian pikiran rakyat). Di Makasar pada tanggal 19 September 2006 terjadi tawuran antara pelajar SMA 5 dan SMA 3 (karebosi.com). Tidak hanya pelajar tingkat sekolah menengah saja yang terlibat tawuran, di Makasar pada tanggal 12 Juli 2006 mahasiswa Universitas Negeri Makasar terlibat tawuran dengan sesama rekannya disebabkan pro dan kontra atas kenaikan biaya kuliah (tempointeraktif.com). Sedangkan di Semarang sendiri pada tanggal 27 November 2005 terjadi tawuran antara pelajar SMK 5, SMK 4 dan SMK Cinde (liputan6.com). Masih banyak kejadian tawuran antar pelajar yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu di sini.
Perkembangan teknologi yang terpusat pada kota-kota besar mempunyai korelasi yang erat dengan meningkatnya perilaku agresif yang dilakukan oleh remaja kota. Banyaknya tontonan yang menggambarkan perilaku agresif dan games yang bisa dimainkan di play station atau komputer diduga bisa mempengaruhi perilaku. Inti dari pengaruh kelompok terhadap agresivitas pelajar di kota besar seperti Jakarta atau terhadap agresivitas antar etnik di Bosnia Herzegovina adalah sama, yaitu identitas kelompok yang sangat kuat yang menyebabkan timbul sikap negatif dan mengeksklusifkan kelompok lain.






B. TUJUAN

Tujuan penyusunan makalah ini adalah:
a. mengetahui rangsangan atau pengaruh terhadap agresivitas yang dilakukan oleh remaja kota
b. membahas pengaruh identitas kelompok yang sangat kuat yang menyebabkan timbul sikap negatif dan mengeksklusifkan kelompok lain
c. membahas faktor-faktor apa sajakah yang memicu perilaku remaja kota
d. membahas penanggulangan yang tepat dalam menyikapi kenakalan remaja kota

C. MANFAAT

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai pembuka cakrawala bagi semua kalangan baik pemerintah, masyarakat maupun keluarga untuk dapat bekerja sama dalam menyiapkan kader-kader dan generasi bangsa, untuk mengurangi tingginya tingkat agresivitas maupun kenakalan remaja khususnya pada perkelahian massal yang kerap kali dilakukan oleh para remaja kota.

D. METODE

Dalam membahas makalah ini penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan. Metode penelitian kepustakaan adalah penelitian yang mengutamakan penggunaan perpustakaan sebagai tempat untuk mendapatkan informasi-informasi atau data-data melalui buku-buku.



BAB II
TEORI

Tawuran antar pelajar bisa dimasukkan dalam beberapa kategori, antara lain: perilaku agresif, penyimpangan, kenakalan remaja, dan perkelahian massal.

a. Perilaku agresif
Secara sepintas setiap perilaku yang merugikan atau menimbulkan korban pada pihak orang lain dapat disebut sebagai perilaku agresif. Peran kognisi sangat besar dalam menentukan apakah suatu perbuatan dianggap agresif (jika diberi atribusi internal) atau tidak agresif (dalam hal atribusi eksternal). Dengan atribusi internal yang dimaksud adalah adanya niat, intensi, motif, atau kesengajaan untuk menyakiti atau merugikan orang lain. Dalam atribusi eksternal, perbuatan dilakukan karena desakan situasi, tidak ada pilihan lain, atau tidak disengaja (Sartono, 2002).
Pengaruh kelompok terhadap perilaku agresif, antara lain adalah menurunkan hambatan dari kendali moral. Selain karena faktor ikut terpengaruh, juga karena ada perancuan tanggung jawab (tidak merasa ikut bertanggung jawab karena dikerjakan beramai-ramai), ada desakan kelompok dan identitas kelompok (kalau tidak ikut dianggap bukan anggota kelompok), dan ada deindividuasi (identitas sebagai individu tidak akan dikenal) (Staub dalam Kartono, 1986).
Karena remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman-teman sebaya sebagai kelompok maka dapatlah dimengerti bahwa pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga (Hurlock, 1980).

b. penyimpangan
Deviasi/penyimpangan diartikan sebagai tingkah laku yang menyimpang dari tendensi sentral/ciri-ciri karakteristik rata-rata populasi. Konsep deviasi hanya berarti apabila ada deskripsi dan pembahasan yang tepat mengenai norma sosial. Sedangkan norma sendiri berati kaidah aturan pokok, ukuran, kadar atau patokan yang diterima secara utuh oleh masyarakat guna mengatur kehidupan dan tingkah laku sehari-hari agar hidup terasa aman dan menyenangkan. Norma sosial adalah batas-batas dari variasi tingkah laku yang secara eksplisit dan implisit dimiliki dan dikenal secara retrospektif oleh anggota suatu kelompok.

c. kenakalan remaja
Istilah kenakalan remaja (juvenile deliquency) mengacu kepada rentang suatu perilaku yang luas, mulai dari perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial (seperti bertindak berlebihan di sekolah), pelanggaran (seperti melarikan diri dari rumah), hingga tindakan-tindakan kriminal (seperti mencuri). Demi tujuan-tujuan hukum, dibuat suatu perbedaan antara pelanggaran-pelanggaran indeks (index offenses) dan pelanggaran-pelanggaran status (status offenses). Pelanggaran-pelanggaran indeks adalah tindakan kriminal, baik yang dilakukan oleh remaja maupun orang dewasa. Tindakan-tindakan itu meliputi perampokan, penyerangan dengan kekerasan, pemerkosaan, pelacuran, dan pembunuhan. Pelanggaran-pelanggaran status adalah tindakan-tindakan yang tidak terlalu serius seperti lari dari rumah, bolos dari sekolah, dan ketidakmampuan mengendalikan diri.

d. perkelahian massal
Inti dari pengaruh kelompok terhadap agresivitas pelajar di kota besar seperti Jakarta atau terhadap agresivitas antar etnik di Bosnia Herzegovina adalah sama, yaitu identitas kelompok yang sangat kuat yang menyebabkan timbul sikap negatif dan mengeksklusifkan kelompok lain (Indrakusuma dan Denich dalam Kartono, 1886).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kegemaran berkelahi secara massal dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berlangsung melalui proses internalisasi diri yang keliru oleh remaja dalam menanggapi miliu di sekitarnya dan semua pengaruh dari luar. Perilaku merupakan reaksi ketidakmampuan dalam melakukan adaptasi terhadap lingkungan sekitar. Sedangkan faktor eksternal atau faktor eksogen dikenal pula sebagai pengaruh alam sekitar, faktor sosial atau faktor sosiologis adalah semua perangsang atau pengaruh luar yang menimbulkan tingkah laku tertentu pada remaja. Faktor eksternal terdiri atas: faktor keluarga, lingkungan sekolah, dan miliu. (Kartono, 1986).


BAB III
PEMBAHASAN

Menurut Shaw dan Constanzo, ruang lingkup studi psikologi sosial salah satunya adalah pengaruh sosial terhadap proses individual (Sartono, 2002). Yang termasuk dalam golongan ini adalah bagaimana kehadiran orang lain, keberadaan seseorang dalam kelompok tertentu atau norma-norma yang berlaku dalam suatu masyarakat mempengaruhi persepsi, motivasi, proses belajar, sikap (attitude), atau sifat (atribusi) seseorang. Terjadinya kerusuhan antar suporter yang sebagian besar merupakan remaja dan perkelahian antar pelajar di kota-kota besar seperti Jakarta belum tentu karena niat atau motif pribadi tetapi lebih pada pengaruh kelompok (sosial).

a. FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL
Faktor internal yang berlangsung melalui proses internalisasi diri yang keliru oleh remaja dalam menanggapi miliu di sekitarnya dan semua pengaruh dari luar. Perilaku mereka merupakan reaksi ketidakmampuan dalam melakukan adaptasi terhadap lingkungan sekitar. Sedangkan faktor eksternal atau faktor eksogen, dikenal pula sebagai pengaruh alam sekitar, faktor sosial atau faktor sosiologis adalah semua perangsang dan pengaruh luar yang menimbulkan tingkah laku tertentu pada remaja (tindak kekerasan, kejahatan, perkelahian massal, dan lain sebagainya).
Dengan semakin pesatnya usaha pembangunan, modernisasi, urbanisasi, dan industrialisasi yang berakibat semakin kompleksnya masyarakat sekarang, semakin banyak pula anak remaja yang tidak mampu melakukan penyesuaian diri terhadap berbagai perubahan sosial itu. Mereka lalu mengalami banyak kejutan, frustrasi, konflik terbuka baik internal maupun eksternal, ketegangan batin dan gangguan kejiwaan. Apalagi ditambah oleh semakin banyaknya tuntutan sosial, sanksi-sanksi dan tekanan sosial atau masyarakat yang mereka anggap melawan dorongan kebebasan mutlak dan ambisi mereka yang sedang menggebu-gebu.
Kehidupan di kota yang serba individualistis, materialistis dengan kontak-kontak sosial yang sangat longgar juga kontak dengan orang tua dan saudara-saudara sendiri yang mengakibatkan banyak disintegrasi sosial di tengah masyarakat, jelas pula menyebabkan disintegrasi pada pribadi anak remaja, karena mereka tidak mampu mencernakan hiruk-pikuk kejadian tersebut. Dan di mata anak muda, masyarakat dewasa tidak mau tahu akan kesulitan para remaja, juga tidak sudi menolong mereka. Sebagai penyaluran dari kecemasan dan ketegangan batin tersebut, anak-anak muda lalu mengembangkan pola tingkah laku agresif dan eksplosif. Kemudian terjadilah aksi-aksi bersama dalam kelompok-kelompok, saling baku hantam, dan perkelahian antar sekolah dengan menampilkan inti permasalahan batin sendiri, yaitu dorongan untuk menampilkan egonya yang terasa lumat ‘terinjak-injak’ dan hanyut tidak berarti di tengah masyarakat.
Jadi, tingkah laku delikuen, ugal-ugalan, berandalan, bahkan sering menjurus kepada kriminalitas itu merupakan kegagalan sistem pengontrolan diri remaja terhadap dorongan-dorongan instingtifnya. Pandangan psikoanalisis menyatakan bahwa semua gangguan psikiatris termasuk pula proses pengembangan anak remaja menuju kepada kedewasaan serta proses adaptasinya terhadap tuntutan lingkungan sekitar ada pada individu itu sendiri berupa: konflik batiniah, permasalahan intrapsikis, dan menggunakan reaksi frustrasi negatif atau mekanisme pelarian dan pembelaan diri yang salah. Semua mekanisme reaktif tersebut di atas sangat tidak sehat sifatnya dan dampaknya amat merisaukan anak jiwa remaja bahkan bisa membuat mereka salah tingkah, dan menggunakan mekanisme reaksi frustrasi negatif. Beberapa reaksi frustrasi negatif yang bisa menyebabkan anak remaja salah ulah ialah: agresi, regresi, fiksasi, rasionalisasi, pembenaran diri, proyeksi, teknik anggur masam, teknik jeruk manis, identifikasi, narsisme, dan autisme.

Faktor eksternal yang menyebabkan kenakalan remaja yaitu:
a. faktor keluarga
- Baik buruknya rumah tangga atau berantakan dan tidaknya sebuah rumah tangga
- Perlindungan lebih yang diberikan orang tua
- Penolakan orang tua, ada pasangan suami istri yang tidak pernah bisa memikul tanggung jawab sebagi ayah dan ibu
- Pengaruh buruk dari orang tua, tingkah laku kriminal, asusila
b. faktor lingkungan sekolah
lingkungan sekolah yang tidak menguntungkan bisa berupa bangunan sekolah yang tidak memenuhi persyaratan, di antaranya adalah:
- tanpa halaman bermain yang cukup luas
- tanpa ruangan olah raga
- minimnya fasilitas ruang belajar
- jumlah murid di dalam kelas yang terlalu banyak dan padat
- ventilasi dan sanitasi yang buruk dan lain sebagainya
c. faktor miliu
lingkungan sekitar yang tidak selalu baik dan menguntungkan bagi pendidikan dan perkembangan remaja.

Dari semua hal di atas dapat dianalisa beberapa predikator kenakalan meliputi identitas (identitas negatif), pengendalian diri (derajat rendah), usia (telah muncul pada usia dini), jenis kelamin(laki-laki), harapan-harapan bagi pendidikan (harapan-harapan yang rendah, komitmen yang rendah), nilai rapor sekolah (prestasi yang rendah pada kelas-kelas awal), pengaruh teman sebaya (pengaruh berat, tidak mampu menolak), status sosial ekonomi (rendah), peran orang tua (kurangnya pemantauan, dukungan yang rendah, dan disiplin yang tidak efektif), dan kualitas lingkungan (perkotaan, tingginya kejahatan, tingginya mobilitas).
Konformitas dengan tekanan teman-teman sebaya pada masa remaja dapat bersifat positif maupun negatif. Umumnya remaja terlibat dalam semua bentuk perilaku konformitas yang negatif seperti: menggunakan bahasa yang jorok, mencuri, merusak, dan sebagainya.
Kenakalan remaja dan perkelahian massal itu merupakan refleksi dari perbuatan orang dewasa di segala sektor kehidupan yang penuh bayang-bayang hitam dan pergulatan seru (penuh intrinsik, kekejaman, kekerasan, nafsu kekuasaan, kemunafikan, kepalsuan, dan lain-lain) yang terselubung rapi dengan gaya yang elegan dan keapikan.



b. DINAMIKA PSIKOLOGIS
Piaget yakin bahwa pemikiran operasional formal berlangsung antara usia sebelas hingga lima belas tahun. Pemikiran operasional formal lebih abstrak daripada pemikiran seorang anak. Selain abstrak, pemikiran remaja juga idealistis. Remaja mulai berpikir tentang ciri-ciri ideal bagi mereka sendiri dan orang lain dengan standar-standar yang ideal ini. Remaja lazim menjadi tidak sabar dengan standar-standar yang ideal yang baru ditemukan ini dan dibingungkan oleh banyak standar ideal yang diadopsi.
Perubahan-perubahan yang mengesankan dalam kognisi sosial menjadi ciri perkembangan remaja. Pemikiran remaja bersifat egosentris. Menurut David Elkind egosentrisme remaja memiliki dua bagian yaitu penonton khayalan dan dongeng pribadi. Penonton khayalan ialah keyakinan remaja bahwa orang lain memperhatikan dirinya sebagaimana halnya dengan dirinya sendiri. Perilaku mengundang perhatian, umum terjadi pada masa remaja, mencerminkan egosentrisme dan keinginan untuk tampil di atas pentas, diperhatikan, dan terlihat. Dongeng pribadi ialah bagian dari egosentrisme remaja yang meliputi perasaan unik seorang anak remaja. Rasa unik pribadi remaja membuat mereka merasa bahwa tidak seorang pun dapat mengerti bagaimana perasaan mereka sebenarnya. Beberapa ahli perkembangan yakin bahwa egosentrisme dapat menerangkan beberapa perilaku remaja yang nampaknya ceroboh.
Gangguan-gangguan atau kelalaian-kelalaian orang tua dalam menerapkan dukungan keluarga dan praktek manajemen secara konsisten berkaitan dengan perilaku anti sosial anak-anak dan remaja. Dukungan keluarga dan praktek-praktek manajemen ini mencakup pemantauan tempat remaja berada, penggunaan bagi disiplin yang efektif bagi perilaku anti sosial, keterampilan-keterampilan pemecahan masalah yang efektif, dan dukungan bagi pengembangan keterampilan-keterampilan pro sosial. Dalam hal ini pola asuh juga mempengaruhi perilaku anti sosial remaja.


C PENCEGAHAN DAN PENANGANAN
Banyak upaya yang telah dilakukan untuk mengurangi kenakalan remaja. Upaya-upaya ini meliputi bentuk-bentuk psikoterapi individual dan kelompok, terapi keluarga, modifikasi perilaku, rekreasi, pelatihan kejuruan, sekolah-sekolah alternatif, perkemahan dan berperahu di alam terbuka, penahanan dan pembebasan bersyarat, program kakak asuh, organisasi komunitas, dan membaca alkitab.
Walaupun hanya sedikit model yang diidentifikasi sukses untuk mencegah dan berperan untuk penanganan kenakalan, banyak pakar di bidang kenakalan remaja sepakat bahwa poin-poin berikut ini perlu diuji lebih seksama sebagai cara yang mungkin diterapkan untuk pencegahan dan penanganan kenakalan remaja:
- program harus lebih luas cakupannya daripada hanya sekedar berfokus pada kenakalan
- program harus memiliki komponen-komponen ganda, karena tidak ada satu pun komponen yang berdiri sendiri sebagai peluru ajaib yang dapat memerangi kenakalan
- program-program harus sudah dimulai sejak awal masa perkembangan anak untuk mencegah masalah belajar dan berperilaku
- sekolah memainkan peranan penting
- upaya-upaya harus diarahkan pada institusional daripada pada perubahan individual, yang menjadi titik berat adalah meningkatkan kualitas pendidikan bagi anak-anak yang kurang beruntung
- memberi perhatian kepada individu secara intensif dan merancang program unik bagi setiap anak merupakan faktor yang penting dalam menangani anak-anak yang berisiko tinggi untuk menjadi nakal
- manfaat yang didapatkan dari suatu program sering kali hilang saat program tersebut dihentikan, oleh karenanya perlu dikembangkan program yang sifatnya berkesinambungan.


Upaya menyembuhkan gejala patologis pada kenakalan remaja dan perkelahian massal yang dikemukakan Kartini Kartono adalah sebagai berikut:
- banyak mawas diri, melihat kelemahan dan kekurangan sendiri, dan melakukan koreksi terhadap kekeliruan yang sifatnya tidak mendidik dan menuntun itu
- memberi kesempatan kepada remaja untuk beremansipasi dengan cara yang baik dan sehat
- memberikan bentuk kegiatan dan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan remaja zaman sekarang serta kaitannya dengan pengembangan bakat dan potensi remaja


BAB IV
KESIMPULAN

Dari teori dan pembahasan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa:
a. Derajat kejahatan anak remaja berkorelasi akrab dengan proses industrialisasi sehingga jumlah kejahatan anak remaja lebih banyak di kota-kota besar.
b. Kondisi lingkungan atau pengaruh kelompok merupakan salah satu penyebab timbulnya perilaku agresif
c. Identitas kelompok yang sangat kuat yang menyebabkan timbul sikap negatif dan mengeksklusifkan kelompok lain merupakan salah satu penyebab terjadinya agresivitas kelompok remaja kota
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi kegemaran berkelahi secara massal dibagi menjadi dua, yaitu: faktor internal dan faktor eksternal.
e. Faktor internal adalah faktor yang berlangsung melalui proses internalisasi diri yang keliru oleh remaja dalam menanggapi miliu di sekitarnya dan semua pengaruh dari luar. Perilaku mereka merupakan reaksi ketidakmampuan dalam melakukan adaptasi terhadap lingkungan sekitar.
f. Faktor eksternal atau faktor eksogen yang dikenal pula sebagai pengaruh alam sekitar, faktor sosial atau faktor sosiologis adalah semua perangsang dan pengaruh luar yang menimbulkan tingkah laku tertentu pada remaja (tindak kekerasan, kejahatan, perkelahian massal dan sebagainya).
g. Kenakalan remaja dan perkelahian massal itu merupakan refleksi dari perbuatan orang dewasa di segala sektor kehidupan yang dipenuhi bayang-bayang hitam dan pergulatan seru (penuh intrinsik, kekejaman, kekerasan, nafsu kekuasaan, kemunafikan, kepalsuan dan lain-lain) yang terselubung rapi dengan gaya yang elegan dan keapikan
h. Kenakalan remaja dan perkelahian massal merupakan proses peniruan atau identifikasi anak remaja terhadap segala gerak-gerik dan tingkah laku orang dewasa ‘modern dan berbudaya’ sekarang ini.
i. Upaya kita menyembuhkan gejala patologis pada kenakalan remaja dan perkelahian massal yaitu:
• banyak mawas diri, melihat kelemahan dan kekurangan sendiri, dan melakukan koreksi terhadap kekeliruan yang sifatnya tidak mendidik dan menuntun itu
• memberi kesempatan kepada remaja untuk beremansipasi dengan cara yang baik dan sehat
• memberikan bentuk kegiatan dan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan remaja zaman sekarang serta kaitannya dengan pengembangan bakat dan potensi remaja































DAFTAR PUSTAKA


Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Kartono, Kartini. 1986. Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja. Jakarta: CV Rajawali.

Sarwono, Sarlito Wirawan. 2002. Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.

Sarwono, Sarlito Wirawan. 2003. Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

TAWURAN ANTAR PELAJAR


TAWURAN ANTAR PELAJAR

I.KONSEP
Maraknya tingkah laku agresif akhir-akhir ini yang dilakukan kelompok remaja kota merupakan sebuah kajian yang menarik untuk dibahas. Perkelahian antar pelajar yang pada umumnya masih remaja sangat merugikan dan perlu upaya untuk mencari jalan keluar dari masalah ini atau setidaknya mengurangi. Perkembangan teknologi yang terpusat pada kota-kota besar mempunyai korelasi yang erat dengan meningkatnya perilaku agresif yang dilakukan oleh remaja kota.
Tujuan pembahasan ini adalah mengetahui rangsangan atau pengaruh terhadap agresivitas yang dilakukan oleh remaja kota, membahas pengaruh identitas kelompok yang sangat kuat yang menyebabkan timbul sikap negatif dan mengeksklusifkan kelompok lain, mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang memicu perilaku remaja kota serta mencari penanggulangan yang tepat dalam menyikapi kenakalan remaja kota.
Manfaat dari pembahasan ini adalah membuka cakrawala bagi semua kalangan baik pemerintah, masyarakat maupun keluarga untuk dapat bekerja sama dalam menyiapkan kader-kader dan generasi bangsa, untuk mengurangi tingkat agresivitas maupun kenakalan remaja khususnya perkelahian massal yang kerap kali dilakukan oleh remaja kota.

II FENOMENA
Banyaknya tawuran antar pelajar di kota-kota besar di Indonesia merupakan fenomena menarik untuk dibahas. Di sini penulis akan memberi beberapa contoh dari berita-berita yang ada. Di Palembang pada tanggal 23 September 2006 terjadi tawuran antar pelajar yang melibatkan setidaknya lebih dari tiga sekolah, di antaranya adalah SMK PGRI 2, SMK GAJAH MADA KERTAPATI dan SMKN 4 (harian pagi Sumatra ekspres Palembang). Di Subang pada tanggal 26 Januari 2006 terjadi tawuran antara pelajar SMK YPK Purwakarta dan SMK Sukamandi (harian pikiran rakyat). Di Makasar pada tanggal 19 September 2006 terjadi tawuran antara pelajar SMA 5 dan SMA 3 (karebosi.com). Tidak hanya pelajar tingkat sekolah menengah saja yang terlibat tawuran, di Makasar pada tanggal 12 Juli 2006 mahasiswa Universitas Negeri Makasar terlibat tawuran dengan sesama rekannya disebabkan pro dan kontra atas kenaikan biaya kuliah (tempointeraktif.com). Sedangkan di Semarang sendiri pada tanggal 27 November 2005 terjadi tawuran antara pelajar SMK 5, SMK 4 dan SMK Cinde (liputan6.com). Masih banyak kejadian tawuran antar pelajar yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu di sini.

III. FAKTOR PENYEBAB
Ada dua faktor penyebab terjadinya tawuran antar pelajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Yang dimaksud dengan faktor internal di sini adalah faktor yang berlangsung melalui proses internalisasi diri yang keliru oleh remaja dalam menanggapi miliu di sekitarnya dan semua pengaruh dari luar. Perilaku merupakan reaksi ketidakmampuan dalam melakukan adaptasi terhadap lingkungan sekitar.
Sedangkan faktor eksternal adalah sebagai berikut:
1. faktor keluarga
a. baik buruknya rumah tangga atau berantakan dan tidaknya sebuah rumah tangga
b. perlindungan lebih yang diberikan orang tua
c. penolakan orang tua, ada pasangan suami istri yang tidak pernah bisa memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu
d. pengaruh buruk dari orang tua, tingkah laku kriminal dan tindakan asusila
2. faktor lingkungan sekolah
lingkungan sekolah yang tidak menguntungkan bisa berupa bangunan sekolah yang tidak memenuhi persyaratan, tanpa halaman bermain yang cukup luas, tanpa ruangan olah raga, minimnya fasilitas ruang belajar, jumlah murid di dalam kelas yang terlalu banyak dan padat, ventilasi dan sanitasi yang buruk dan lain sebagainya.
3. faktor miliu/lingkungan
lingkungan sekitar yang tidak selalu baik dan menguntungkan bagi pendidikan dan perkembangan remaja.

IV METODE
Dalam membahas makalah ini penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan. Metode penelitian kepustakaan adalah penelitian yang mengutamakan penggunaan perpustakaan sebagai tempat untuk mendapatkan informasi-informasi atau data-data melalui buku-buku.

V. SOLUSI
Untuk mengatasi masalah tawuran antar pelajar, di sini penulis akan mengambil dua teori. Yang pertama adalah dari Kartini Kartono. Dia menyebutkan bahwa untuk mengatasi tawuran antar pelajar atau kenakalan remaja pada umumnya adalah:
a. banyak mawas diri, melihat kelemahan dan kekurangan sendiri, dan melakukan koreksi terhadap kekeliruan yang sifatnya tidak mendidik dan tidak menuntun
b. memberi kesempatan kepada remaja untuk beremansipasi dengan cara yang baik dan sehat
c. memberikan bentuk kegiatan dan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan remaja zaman sekarang serta kaitannya dengan pengembangan bakat dan potensi remaja.
Teori yang kedua adalah dari Dryfoos, dia menyebutkan untuk mengatasi tawuran pelajar atau kenakalan remaja pada umumnya harus diadakan program yang meliputi unsur-unsur berikut:
a. program harus lebih luas cakupannya daripada hanya sekedar berfokus pada kenakalan
b. program harus memiliki komponen-komponen ganda, karena tidak ada satu pun komponen yang berdiri sendiri sebagai peluru ajaib yang dapat memerangi kenakalan
c. program harus sudah dimulai sejak awal masa perkembangan anak untuk mencegah masalah belajar dan berperilaku
d. sekolah memainkan peranan penting
e. upaya-upaya harus diarahkan pada institusional daripada pada perubahan individual, yang menjadi titik berat adalah meningkatkan kualitas pendidikan bagi anak-anak yang kurang beruntung
f. memberi perhatian kepada individu secara intensif dan merancang program unik bagi setiap anak merupakan faktor yang penting dalam menangani anak-anak yang berisiko tinggi untuk menjadi nakal
g. manfaat yang didapatkan dari suatu program sering kali hilang saat program tersebut dihentikan, oleh karenanya perlu dikembangkan program yang sifatnya berkesinambungan.

SURAT PERNYATAAN BELUM MENIKAH


SURAT PERNYATAAN BELUM MENIKAH


Sehubungan dengan persyaratan yang ditetapkan dan diwajibkan untuk menjadi pegawai pada Jamsostek Tahun 2006, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama lengkap : Muhammad Arief Budiman
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 24 tahun
Pendidikan terakhir : Sarjana
Alamat : jl wanara 2/801 semarang

Dengan ini menyatakan:
1. Belum menikah menurut hukum yang berlaku (berdasarkan UU No 1/1974 tentang UU Perkawinan).
2. Bersedia untuk tidak menikah selama satu tahun.

Pernyataan ini saya buat dengan kesadaran penuh dan tanpa adanya unsur paksaan. Apabila di kemudian hari ternyata saya ingkar terhadap surat pernyataan yang saya buat ini, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan dan menerima sanksi berupa diberhentikan tidak dengan hormat sebagai pegawai Jamsostek.

Demikian surat pernyataan ini saya buat agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Semarang, 26 Desember 2006

Hormat saya,





Muhammad Arief Budiman

STUDI PENDIDIKAN


STUDI PENDIDIKAN

LAPORAN LAPANGAN
- VISI MISI TUJUAN
- KURIKULUM
- SDI
o KEPALA SEKOLAH
o GURU
o KARYAWAN
o SISWA
- LINGKUNGAN
o SOSIAL
o BUDAYA
o FISIK
- SARANA FISIK

SENI RUPA MODERN


SENI RUPA MODERN

Fungsi Seni Rupa dan Strukturnya
1. Lingkup Seni
Tentang apakah seni itu sampai kini menjadi topik pembicaraan yang masih tetap menarik, dan tidak pernah habis. Seni mencakup pengertian yang sangat luas, masing-masing definisi memiliki tolok ukur yang berbeda. Definisi yang diberikan cenderung menitikberatkan pada sisi teoretis dan filosofis.
Seni bisa diartikan sebagai usaha manusia untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan. Bentuk-bentuk yang menyenangkan dalam arti bentuk yang dapat membingkai perasaan keindahan dan perasaan keindahan tersebut dapat terpuaskan apabila dapat menangkap harmoni atau satu kesatuan dari bentuk yang disajikan.
Seni dapat pula diartikan sebagai simbol perasaan. Seni merupakan bentuk kreasi simbolis dari perasaan manusia. Bentuk-bentuk simbolis dari transformasi pengalaman dan bukan terjemahan pengalaman melainkan formasi pengalaman emosionalnya yang bukan dari pikirannya semata.
a. Seni dan ekspresi
Memahami Kesenian itu berarti menemukan sesuatu gagasan atau pembatasan yang berlaku untuk menentukan hubungan dengan unsur nilai dalam budaya manusia. Kita harus memastikan diri bahwa tafsiran kita tentang kesenian itu adalah mampu menggambarkan kelengkapan dan keragaman yang ada di dalamnya. Ukuran kesenian itu tidak dapat ditentukan dengan metode apriori, seperti juga tak seorang pun dapat menemukan tujuan hidupnya, lepas dari proses hidup kepada apa yang harus dilakukan.
Perbatasan tentang seni adalah sasaran akhir dan bukan titik pijak, tetapi kita perlu menentukan medan yang harus kita lakukan terhadap hasil pengamatan-pengamatan sementara sebelum menemukan batasan yang mapan. Meskipun karya seni itu merupakan ungkapan, namun sebaliknya bahwa setiap ungkapan bukanlah suatu yang sebenarnya. Ekspresi atau ungkapan estetika itu merupakan cabang psikologi sepanjang yang dipelajari dengan metode objektif.
Teori kesenian dapat berpengaruh baik pada proses cipta, namun bukan berarti bahwa seorang yang memiliki teori kesenian itu mampu mengungkapkan ke dalam karya seni. Tujuan ungkapan seni dibuat dan dinilai untuk dirinya sendiri, untuk keperluan lain, dan kita selalu akrab dengannya, dan kita sengaja membuatnya dan merenunginya. Seni sebagai ekspresi merupakan hasil ungkapan batin seorang seniman yang terjabar ke dalam karya seni lewat medium dan alat.
Dialog karya seni dan penghayatnya sangat dibutuhkan selama kehadiran karya seni masih dibutuhkan oleh manusia. Terjadinya dialog antara seniman, penghayat, dan karya seni, maka seni merupakan ekspresi sekaligus sebagai alat komunikasi.
b. Hubungan antara seni
Ada hubungan di antara semua seni, terjadinya perbedaan di antara semua seni itu sebenarnya hanyalah perbedaan fisik karena adanya perbedaan medium dan material yang digunakan. Perbedaan hubungan di antara semua seni: seni lukis, patung, arsitektur, musik, puisi, fiksi, tari, film, dan lain sebagainya mempunyai masalah yang sama di dalam estetika. Medium merupakan sarana yang dipergunakan untuk menunjang terbentuknya sebuah karya seni.
Di samping perbedaan material, karakter di dalam kesenian secara fisik ditentukan juga wujud media lain yang mendukungnya, yang nantinya akan mempunyai sifat hayati yang berbeda pula. Seni audio adalah sebuah karya hayati yang dapat dirasakan dan dipahami melalui indera pendengaran. Seni visual menunjukkan pada suatu keberadaan yang pasti dan sangat tergantung dari indera penglihatan. Seni audio visual menunjukkan adanya sifat-sifat dalam jenis karya seni yang dapat dirasakan dengan dua indera, yaitu penglihatan dan pendengaran, termasuk dalam hal ini jenis cabang seni pertunjukkan.
c. Seni dan keindahan
Ide terpenting dalam sejarah estetik filsafat sejak jaman yunani kuno sampai abad ke-18 ialah masalah yang berkaitan dengan keindahan. Keindahan dalam arti yang luas, merupakan pengertian semula dari bangsa yunani, yang di dalamnya tercakup pula ide kebaikan. Keindahan dalam arti estetika murni, menyangkut pengalaman estetis dari seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang diserapnya. Jadi keindahan pada dasarnya adalah sejumlah kualitas pokok tertentu yang terdapat pada sesuatu hal. Kualitas yang paling sering disebut adalah kesatuan (unity), keselarasan (harmony), kesetangkupan (symmetry), keseimbangan (balance), dan perlawanan (contrast).

d. Nilai estetis
Istilah dan pengertian keindahan tidak lagi mempunyai tempat yang terpenting dalam estetika karena sifatnya yang bermakna ganda untuk menyebut pelbagai hal, bersifat longgar untuk dimuati macam-macam ciri dan juga subyektif untuk menyatakan penilaian pribadi terhadap sesuatu yang kebetulan menyenangkan. Teori umum tentang nilai, pengertian tentang keindahan dianggap sebagai salah satu jenis nilai. Dalam bidang filsafat, istilah nilai sering dipakai sebagai suatu kata benda abstrak yang berarti keberhargaan dan kebaikan.
Nilai adalah semata-mata suatu realita psikologis yang harus dibedakan secara tegas dari kegunaan, karena terdapat dalam jiwa manusia dan bukan lada bendanya itu sendiri. Mengenai berbagai ragam dari nilai, ada pendapat yang membedakan antara nilai subyektif dan nilai obyektif. Persoalan tentang kedudukan metafisis dari nilai menyangkut hubungan antara nilai dengan kenyataan atau lebih lanjut antara pengalaman orang mengenai nilai dengan realitas yang tak tergantung pada manusia.
Perkembangan estetika akhir-akhir ini, keindahan tidak hanya dipersamakan artinya dengan nilai estetis seumumnya, melainkan juga dipakai untuk menyebut satu macam atau kelas nilai estetis. Nilai estetis selain terdiri dari keindahan sebagai nilai yang positif kini dianggap pula meliputi nilai yang negatif. Estetika kadang-kadang dirumuskan pula sebagai cabang filsafat yang berhubungan dengan teori keindahan.
Filsuf seni dewasa ini menjawab bahwa nilai estetis itu tercipta dengan terpenuhinya asas-asas tertentu mengenai bentuk pada sesuatu benda (khususnya karya seni yang diciptakan oleh seseorang). Estetika berasal dari kata Yunani Aesthesis, yang berarti perasaan atau sensitivitas. Hampir semua kesalahan kita tentang konsepsi seni ditimbulkan karena kurang tertibnya menggunakan kata-kata seni dan keindahan.
Keindahan pada umumnya ditentukan sebagai sesuatu yang memberikan kesenangan atas spiritual batin kita. Semakin banyaknya kita mendefinisikan cita rasa keindahan, hal itu tetaplah teoretis, namun setidaknya kita akan dapat melihat basis aktivitas artistik (estetika elementer). Tingkatan basis aktivitas estetik atau artistik:
- tingkatan pertama: pengamatan terhadap kualitas material, warna, suara, gerak sikap dan banyak lagi, sesuai dengan jenis seni serta reaksi fisik lain.
- Tingkatan kedua: penyusunan dan pengorganisasian hasil pengamatan, pengorganisasian tersebut merupakan konfigurasi dari struktur bentuk-bentuk pada yang menyenangkan, dengan pertimbangan harmoni, kontras, balance, unity yang selaras atau merupakan kesatuan yang utuh. Tingkat ini sudah dapat dikatakan dapat terpenuhi. Namun ada satu tingkat lagi.
- Tingkatan ketiga: susunan hasil persepsi (pengamatan). Pengamatan juga dihubungkan dengan perasaan atau emosi, yang merupakan hasil interaksi antara persepsi memori dengan persepsi visual. Tingkatan ketiga ini tergantung dari tingkat kepekaan penghayat.
Setiap manusia mempunyai tingkat pemahaman yang berbeda tergantung relativitas pemahaman yang dimiliki. Pemahaman estetika seni dalam pelaksanaannya merupakan apresiasi seni. Penghayat yang merasa puas setelah menghayati karya seni, maka penghayat tersebut dapat dikatakan memperoleh kepuasan estetik. Penghayat yang sedang memahami karya sajian, maka sebenarnya ia harus terlebih dahulu mengenal struktur organisasi atau dasar-dasar dari susunan dasar seni rupa, mengenal tentang garis, shape, warna, tekstur, volume, ruang dan waktu.
e. Seniman, karya seni, dan penghayat
Seniman, karya seni dan penghayat merupakan tiga komponen utama pendukung kehidupan seni. Pementasan atau penyajian atau pameran seni merupakan salah satu bentuk aktivitas yang memungkinkan terjadinya interaksi tiga komponen tersebut dalam menembus keterbatasan.
f. Penghayat seni
Penghayat seni adalah penghayat makna pengalaman kehidupan batiniah yang sadar akan ragam kemungkinan bentuk estetis, yang sanggup mewadahi dan memacu terciptanya beragam makna dengan nilai-nilainya. Penghayat seni yang baik akan selalu haus dengan ragam pengalaman estetik yang sanggup menggugah gairah kehidupan manusiawi dengan ragam kekayaan pengalaman batin yang mendalam.
g. Seniman
Ada dua pengertian arti seniman. Seniman diartikan sebagai nama profesi seseorang dalam menciptakan atau menyusun bentuk karya seni. Seniman juga dapat diartikan sebagai manusia yang mengalami proses kreativitas atau proses imajinasi, yaitu proses interaksi antara persepsi memori dan persepsi luar. Sehingga dalam hal ini, seniman di samping sebagai pencipta atau penyusun bentuk karya seni, juga sekaligus sebagai penghayat.
h. Hubungan seni dan alam
Alam dapat dikatakan sebagai pewujudan kasat mata, namun sesungguhnya ada hubungan yang tak terpisahkan antara manusia dengan lingkungan alam. Apabila seni merupakan duplikat bentuk luar dari alam, maka imitasi yang paling dekat merupakan pelukisan yang paling memuaskan. Seniman tidak bermaksud untuk menggambarkan perwujudan yang kasat mata, melainkan ingin menceritakan tentangnya.
i. Hubungan seni dan masyarakat
Seni dan masyarakat merupakan dua konsep yang masing-masing punya masalah dan punya kepentingan sendiri, walaupun di antara keduanya terdapat hubungan yang tak dapat dipisahkan. Plato, filsuf yang terkenal dengan sebutan dewa estetika, mengatakan bahwa seni dan masyarakat merupakan hubungan yang tak terpisahkan, seni integral dengan masyarakatnya, satu konsep yang tidak terpisahkan, baik seni dan masyarakat terwujud di antaranya hubungan tak terpisahkan antara manusia dan lingkungannya.
Masyarakat dan seni memang berbeda dalam pengertiannya, tetapi sebenarnya keduanya memiliki interaksi psikis. Sekelompok seniman adalah sekelompok pemikir dan idea dengan berbagai manifestasinya yang mengarah ke bagian yang lebih dalam.
2. Seni dan seni rupa
Karya seni lahir dari seniman yang kreatif, artinya seniman selalu berusaha meningkatkan sensibilitas dan persepsi terhadap dinamika kehidupan masyarakat.
a. Subject matter
Subject matter atau tema pokok ialah rangsang cipta seniman dalam usahanya untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan. Adakalanya seorang seniman mengambil alam sebagai obyek karyanya, tetapi karena adanya pengolahan dalam diri seniman tersebut maka tidaklah mengherankan apabila bentuk (wujud) terakhir dari karya ciptaannya akan berbeda dengan obyek semula.



b. Bentuk
Pada dasarnya apa yang dimaksud dengan bentuk (form) adalah totalitas dari pada karya seni. Bentuk fisik sebuah karya dapat diartikan sebagai konkritisasi dari subject matter tersebut.
c. Isi atau makna
Isi atau arti sebenarnya adalah bentuk psikis dari seorang penghayat yang baik. Seorang seniman pencipta adalah penghayat yang pertama yang punya bentuk psikis di dalam dunia idenya yang berhak atas karyanya dalam mengubah atau menambah.
d. Fungsi seni
Keberadaan karya seni secara teoretis mempunyai tiga macam fungsi, yaitu: fungsi personal, fungsi sosial, dan fungsi fisik.
- Fungsi personal
Manusia dikenal sebagai makhluk sosial sekaligus sebagai makhluk individu. Dikatakan makhluk individu karena setiap manusia mempunyai eksistensi pribadi yang tidak dapat dimiliki oleh manusia lain. Manusia sebagai subyek yang terikat oleh datu budaya, maka dibutuhkan alat komunikasi dengan subyek lain dengan sebuah media atau bahasa. Karya seni sebagai perwujudan perasaan dan emosi mereka adalah salah satu dari pengertian bahasa atau media.
- Fungsi sosial
Manusia sebagai makhluk sosial, maka manusia di samping mempunyai tanggung jawab atas dirinya ia terikat pula oleh lingkungan sosialnya. Semua karya seni yang berkaitan dengannya akan juga berfungsi sosial, karena karya seni diciptakan untuk penghayat. Pengertian fungsi seni sebagai fungsi sosial merupakan kecenderungan atau usaha untuk mempengaruhi tingkah laku terhadap kelompok manusia
- Fungsi fisik
Fungsi fisik yang dimaksud adalah kreasi yang secara fisik dapat digunakan untuk kebutuhan praktis sehari-hari. Seni bangunan, furnitur, dekorasi, busana, aksesori, dan segala macam perabot rumah tangga serta hampir semua perabot atau alat yang dibutuhkan manusia, dibuat lewat rencana (desain) yang berorientasi pada guna dan estetika.

e. Fungsi seni rupa
Seni rupa ditinjau dari segi fungsi terhadap masyarakat atau kebutuhan manusia, seni rupa secara teoretis dibagi menjadi dua kelompok, yaitu seni murni (fine art) dan seni terapan (applied art). Seni murni (fine art) adalah kelompok karya seni rupa yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan spiritual. Seni terapan (applied art) yaitu kelompok karya seni rupa yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan praktis atau memenuhi kebutuhan sehari-hari secara materiil.
- Seni lukis
Seni lukis dapat dikatakan sebagai suatu ungkapan pengalaman estetik seseorang yang dituangkan dalam bidang dua dimensi (dua matra), dengan menggunakan medium rupa, yaitu garis, warna, tekstur, shape, dan sebagainya. Pada mulanya seni gambar merupakan karya ilustrasi, yaitu untuk menerangkan atau memberi keterangan terhadap orang lain atau lebih tepat sebagai gambar keterangan. Di sisi lain menggambar merupakan medium untuk mencapai simbol figuratif dalam pencapaian bentuk seni lukis.
- Seni patung
Seni patung mempunyai masalah yang sama seperti halnya seni lukis. Seni patung merupakan seni murni sejauh ia tidak melibatkan diri pada pertimbangan untuk kebutuhan terapan. Seni patung yang cenderung mempertimbangkan nilai guna atau nilai terapan, adalah seperti yang kita lihat pada bentuk arca yang terdapat pada candi-candi atau rumah-rumah pemujaan.
- Seni grafis
Seni grafis pada dasarnya menitikberatkan pada teknik cetak mencetak, sebagai usaha untuk dapat memperbanyak atau melipatgandakan sesuatu, baik gambar atau tulisan dengan cara tertentu pula. Kalau seni grafis terapan sangat berkepentingan dengan fungsi guna, maka seni grafis murni tidak. Seni grafis murni sama dengan seni murni lainnya seperti seni lukis dan
- Seni arsitektur
Seni arsitektur sebagai seni terapan merupakan karya seni pakai yang paling serius dan kompleks permasalahannya, mengingat arsitektur merupakan karya monumental karena tidak setiap saat dapat diubah seperti mengubah rumah salju. Seorang arsitek tidak lepas perhatiannya dari kaidah-kaidah estetis atau keindahan bangunannya. Oleh karena bangunan itu merupakan satu karya tiga dimensional, maka arsitek selalu memperhitungkan apakah bentuk bangunannya sudah cukup indah bila dipandang dari berbagai arah, bagaimana komposisi ruangan dalamnya, mobilisasinya.
3. Struktur seni rupa
Seni rupa sebagai salah satu cabang kesenian memiliki peranan yang cukup penting di dalam kehidupan manusia. Seni rupa merupakan salah satu kesenian yang mengacu pada bentuk visual atau sering disebut bentuk perupaan, yang merupakan susunan atau komposisi atau satu kesatuan dari unsur-unsur rupa.
a. Unsur-unsur rupa (unsur desain)
- Garis
Sementara kata orang, bahwa garis merupakan dua titik yang dihubungkan. Barangkali memang betul bahwa garis merupakan medium yang paling sederhana, sebagai pencapaian yang paling ekonomis dibanding dengan medium lain. Garis mempunyai peranan sebagai garis, yang kehadirannya sekedar untuk memberi tanda dari bentuk logis, seperti yang terdapat pada ilmu-ilmu eksakta atau pasti. Garis di samping memiliki peranan juga mempunyai sifat formal dan non formal, misalnya garis-garis geometrik yang bersifat formal, beraturan dan resmi.
- Shape (bangun)
Shape adalah suatu bidang kecil yang terjadi karena dibatasi oleh sebuah kontur (garis) dan atau dibatasi oleh adanya warna yang berbeda atau oleh gelap terang pada arsiran atau karena adanya tekstur. Shape (bidang) yang terjadi: shape yang menyerupai wujud alam (figur), dan shape yang tidak sama sekali menyerupai wujud alam (non figur).
- Texture (rasa permukaan bahan)
Texture (tekstur) adalah unsur rupa yang menunjukkan rasa permukaan bahan, yang sengaja dibuat dan dihadirkan dalam susunan untuk mencapai bentuk rupa, sebagai usaha untuk memberikan rasa tertentu pada permukaan bidang pada perwajahan bentuk pada karya seni rupa secara nyata atau semu.



-Warna
Warna sebagai salah satu elemen atau medium seni rupa, merupakan unsur susun yang sangat penting, baik di bidang seni murni maupun seni terapan. Warna sebagai warna: kehadiran warna tersebut sekedar untuk memberi tanda pada suatu benda atau barang, atau hanya untuk membedakan ciri benda satu dengan lainnya tanpa maksud tertentu dan tidak memberikan pretensi apapun. Warna sebagai representasi alam: kehadiran warna merupakan penggambaran sifat obyek secara nyata, atau penggambaran dari suatu obyek alam sesuai dengan apa yang dilihatnya. Warna sebagai tanda atau lambang atau simbol: kehadiran warna merupakan lambang atau melambangkan sesuatu yang merupakan tradisi atau pola umum.
b. Dasar-dasar penyusunan (prinsip desain)
Penyusunan atau komposisi dari unsur-unsur estetik merupakan prinsip pengorganisasian unsur dalam desain.
- Harmoni (selaras)
Harmoni atau selaras merupakan paduan unsur-unsur yang berbeda dekat. Jika unsur-unsur estetika dipadu secara berdampingan maka akan timbul kombinasi tertentu dan timbul keserasian (harmoni).
- Kontras
Kontras merupakan paduan unsur-unsur yang berbeda tajam. Kontras merangsang minat, kontras menghidupkan desain, kontras merupakan bumbu komposisi dalam pencapaian bentuk.
- Repetisi (irama)
Repetisi merupakan pengulangan unsur-unsur pendukung karya seni. Repetisi atau ulang merupakan selisih antara dua wujud yang terletak pada ruang dan waktu, maka sifat paduannya bersifat satu matra yang dapat diukur dengan interval ruang, serupa dengan interval waktu antara dua nada musik beruntun yang sama.
-Gradasi
Gradasi merupakan satu sistem paduan dari laras menuju kontras, dengan meningkatkan masa dari unsur yang dihadirkan. Gradasi merupakan paduan dari interval kecil ke interval besar, yang dilakukan dengan penambahan atau pengurangan secara laras dan bertahap.
c. Hukum penyusunan (azas desain)
- Kesatuan (unity)
Kesatuan adalah kohesi, konsistensi, ketunggalan atau keutuhan, yang merupakan isi pokok dari komposisi. Kesatuan merupakan efek yang dicapai dalam suatu susunan atau komposisi di antara hubungan unsur pendukung karya, sehingga secara keseluruhan menampilkan kesan tanggapan secara utuh.
- Keseimbangan (balance)
Keseimbangan dalam penyusunan adalah keadaan atau kesamaan antara kekuatan yang saling berhadapan dan menimbulkan adanya kesan seimbang secara visual ataupun secara intensitas kekaryaan. Keseimbangan formal adalah keseimbangan pada dua pihak berlawanan dari satu poros. Keseimbangan informal adalah keseimbangan sebelah menyebelah dari susunan unsur yang menggunakan prinsip susunan ketidaksamaan atau kontras dan selalu asimetris.
- Simplicity (kesederhanaan)
Kesederhanaan dalam desain, pada dasarnya adalah kesederhanaan selektif dan kecermatan pengelompokan unsur-unsur artistik dalam desain. Ada tiga aspek kesederhanaan, yaitu kesederhanaan unsur, kesederhanaan struktur, dan kesederhanaan teknik.
- Emphasis (aksentuasi)
Desain yang baik mempunyai titik berat untuk menarik perhatian. Perulangan unsur desain dan perulangan warna dapat memberi penekanan pada unsur tersebut. Aksentuasi melalui susunan: tata letak dari unsur visual dengan benda-benda lain yang diatur sedemikian rupa sehingga mengarahkan pandangan orang ke tempat atau obyek yang menjadi pusat perhatian.
d. Proporsi
Proporsi dan skala mengacu kepada hubungan antara bagian dari suatu desain dan hubungan antara bagian dengan keseluruhan. Warna, tekstur, dan garis memainkan peranan penting dalam menentukan proporsi. Proporsi tergantung kepada tipe dan besarnya bidang, warna garis dan tekstur dalam beberapa area.


4. Seni Lukis Indonesia
a. Masa perintisan (1807-1880)
Hadirnya kesenian dalam masyarakat Indonesia sekarang ini, seniman dalam kedudukannya sebagai pembentuk gaya dalam penciptaan karya seni, tercermin citra budaya serta corak kepribadian bangsa. Setiap situasi, ruang, dan waktu akan memberikan pengaruh penciptaan karya para seniman pada zamannya. R Saleh Syarif Bustaman (1807-1880), dinyatakan sebagai perintis perjalanan seni lukis modern Indonesia, karena ia telah menanamkan tonggak pertama perjalanan seni lukis Indonesia. Corak dan gaya lukisan R Saleh menggambarkan wajah manusia dan simbol-simbol dalam kehidupan dengan gaya naturalis yang berjiwa romantis, atau dengan kata lain naturalisme romantis.
b. Masa hindia jelita (1908-1937)
Masa hindia jelita atau masa hindia indah atau mooi indie atau apapun namanya, masa itu merupakan masa yang menonjolkan sesuatu sifat yang diakibatkan sebagai suatu cara melihat dan memandang dunia sekelilingnya dari aspek visualnya. Para seniman pada masa ini memandang gejala sekelilingnya dari sudutnya yang molek, cantik, indah, permai dalam memuja alam Indonesia, terutama gunungnya, laut, sawah, bunga-bunga, manusia terutama gadis-gadis Indonesia yang cantik. Ciri khas dalam perwarnaan karya seniman hindia jelita lebih menyala untuk meraih kejelitaan baik pada pemandangan maupun untuk melukis gadis-gadis dan pemandangan alam yang lain. Tokoh-tokohnya antara lain Abdullah Suryosubroto, Basuki Abdullah, Wakidi, Pirngadi, Ernest Dezentye, dan lainnya.
c. Masa persagi dan revolusi (1937-1950)
Lahirnya Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi) pada tahun 1937 sebenarnya merupakan mata rantai dari lahirnya Budi Utomo (1908), Pendidikan Taman Nasional (1922), Sumpah Pemuda (1928), serta Pujangga Baru yang bercita-cita tentang sastra Indonesia. Persagi merupakan salah satu perkumpulan yang merintis kesatuan pelukis-pelukis Indonesia untuk bekerja sama guna melahirkan “corak persatuan nasional”. Semangat kebangsaan yang tumbuh dalam seni lukis, berlanjut terus di masa pendudukan Jepang, baik yang berkelompok dalam Keimin Bunka Shidosho maupun bagian seni rupa dari badan Pusat Tenaga Rakyat (1942-1945). Munculnya beberapa sanggar seni rupa di Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan, muncullah karya-karya yang bertemakan perjuangan sebagai ekspresi semangat perjuangan dalam menghadapi perang mempertahankan kemerdekaan.
d. Periode kekinian
- Lahirnya akademi (seputar tahun 1950)
Modernisasi dalam bidang kesenian merupakan pencerminan dari usaha-usaha pembaharuan, pencarian kemungkinan-kemungkinan baru pengkayaan media ekspresi, dan penjelajahan wawasan kesenian. Aspirasi dan pemikiran tersebut melahirkan gagasan untuk mendirikan sekolah-sekolah seni. Seputar tahun 1950 lahirlah beberapa sekolah tinggi seni rupa di Indonesia. Berbeda dengan pembinaan di sanggar-sanggar, pembinaan pada sekolah tinggi seni rupa lebih metodis dan ilmiah.
- Pengaruh pergolakan politik seputar 1965
Masa ini meliputi kurun waktu sekitar tahun enam puluhan, hingga runtuhnya orde lama pada tahun 1966. benturan pandangan politik yang dijelmakan dalam kegiatan partai politik, mencuat secara berlebihan dan merembes ke dalam kreativitas seni, sampai pertengkaran dan perdebatan politik aktual menjadi pertengkaran seni, bahkan dengan pengerahan massa. Eksistensi seniman terpecah belah, kreativitas terlena dalam kepentingan politik dan bukan lagi merupakan kepentingan pribadinya sebagai seniman.
- Masa sesudah tahun 1965
Masa ini meliputi kurun waktu setelah lahirnya orde baru di Indonesia pada tahun 1966. kebebasan kreativitas melonjak ke depan meninggalkan penggemarnya. Ada dua masa yang perlu dicatat dalam kurun waktu terakhir ini, yaitu “Gerakan Seni Rupa Baru” di mana kebebasan kreatif mengalami puncak idealisme. Masa yang kedua adalah masa “Globalisasi Seni Lukis”, yaitu pada saat para seniman dihadapkan pada satu kenyataan ekonomi dunia atau dengan kata lain seniman adalah milik konglomerat.
e. Catatan tentang gerakan seni rupa baru
Ada semacam pertentangan antara kaum seni rupawan yang dianggap perintis, dan seniman pada gerakan seni rupa baru merasa dipagari kreativitasnya. Terdapat dua pola pikiran atau gagasan dalam gerakan seni rupa baru Indonesia. Pola pikiran pertama yang cenderung mencari faktor penyebab mandeknya perkembangan seni rupa Indonesia. Pola pemikiran kedua adalah keinginan untuk menghadirkan pembaharuan, demi perkembangan seni rupa itu sendiri, yang lebih menekankan pada pencarian konsepsi-konsepsi baru dalam berkarya.
f. Catatan tentang boom seni lukis Indonesia
Boom seni lukis Indonesia yang sering dibicarakan pada awal 1990-an, terjadi pada golongan atau rumpun seni lukis tertentu. Seluruh masa itu ditandai oleh peningkatan jumlah lukisan yang diperjualbelikan dan sangat laku. Terbukti ada peningkatan jumlah dan frekuensi pameran, pertumbuhan galeri komersial, pertumbuhan sponsor pameran dan bertambahnya kolektor lukisan.
Saat itu pertumbuhan ekonomi luar biasa, dan di sementara wilayah di Indonesia dibangun gedung-gedung modern dengan pelengkapan yang serba modern pula. Tumbuh kebutuhan akan lukisan untuk mengisi dinding berbagai bangunan, yaitu lukisan yang dapat memenuhi kebutuhan itu. Lukisan harus sesuai dengan estetika ruangan, cita rasa rancangan interior yang berlaku saat itu, serta lukisan yang pantas, yaitu sesuai dengan harga gedung dan ruangan beserta perlengkapannya.
Pada masa ini terdapat unsur pendukung kecuali pelukis, yang merupakan unsur baru yang muncul dan tumbuh bersama boom. Terdapat dua gejala yang timbul pada masa boom seni lukis Indonesia, gejala pertama yaitu gejala kemiskinan seni lukis, pemiskinan dalam ragam atau macam medium dan teknik yang semakin menyusut. Gejala kedua yaitu bahwa boom lukisan merupakan peristiwa kesenian, tetapi juga menjadi mode kaum berduit. Boom sebuah karya seni tidak sepenuhnya diukur dari nilai estetika secara an sich, tetapi dipertimbangkan dengan nilai mata uang dari harga sebuah karya seni.







Daftar Pustaka
Dharsono Sony Kartika, 2004, Seni Rupa Modern, Bandung: Penerbit Rekayasa Sains