Monday, May 10, 2010

dokter sering tertipu lupus


Dikira rematik ternyata bukan, disangka stroke ternyata salah. Lupus atau systemic lupus erythematosus (SLE) alias penyakit antibodi yang menyerang tubuh sendiri itu punya seribu wajah, sehingga dokter kadang ‘tertipu’ ketika mendiagnosa pasien.

“Dokter kadang tertipu dengan penyakit lupus, apalagi jika sarana dan pengetahuan dokter mengenai lupus kurang memadai. Jadi saya tidak bisa bayangkan bagaimana dengan penderita lupus yang di desa,” ujar dr Adre Mayza, SpS(K) dalam acara talk show ‘Lupus Dengan Saraf’ untuk memperingati hari lupus sedunia di gedung Menza, Salemba, Jakarta, Jumat (7/5/2010).

Jika dokter yang memeriksa tidak jeli dan kurang tahu tentang penyakit lupus, maka bisa saja akan melakukan banyak sekali pemeriksaan dan terkadang hasil pemeriksaan tersebut tidak memberikan diagnosa yang tepat.

“Salah satu tes yang sering kecolongan dalam pemeriksaan lupus adalah mengenai kekentalan darahnya. Orang yang menderita lupus akan memiliki darah yang lebih kental dibandingkan orang lain seusianya yang tidak menderita lupus,” ungkap dokter berusia 52 tahun ini.

Gejala awal yang dialami oleh penderita lupus adalah:

- Sakit pada sendi atau tulang
- Demam atau panas tinggi yang berkepanjangan tapi bukan karena infeksi
- Sering merasa cepat lelah
- Ruam di kulit
- Anemia
- Gangguan ginjal
- Sakit di dada bila menghirup napas dalam-dalam
- Bercak merah pada wajah
- Sensitif terhadap matahari
- Stroke
- Sakit kepala
- Kejang
- Sariawan yang hilang timbul
- Keguguran.

Jika lupus ini menyerang saraf maka akan timbul gangguan seperti:

- Bingung secara tiba-tiba
- Gangguan kecemasan
- Kerusakan fungsi kognitif
- Gangguan saraf
- Kesemutan di sebagian tubuh
- Rasa tidak nyaman atau nyeri pada tangan dan paha atau kaki
- Gangguan afektif (mempengaruhi keadaan perasaan dan emosi).

“Beberapa hal yang bisa menyebabkan neuropsikologi pada Lupus adalah kerusakan pembuluh darah mikro di otak, kerusakan pembuluh darah vena perifer serta kerusakan sel-sel saraf akibat proses autiantibodi,” tambahnya.

Lupus bisa menyerang siapa saja tapi 90 persen adalah perempuan muda dengan usia antara 15-45 tahun dan 10 persennya adalah laki-laki dan anak-anak.

Satu hal yang perlu dikenali adalah sifat dari Lupus yang bisa menyerupai penyakit lain, sehingga seringkali pasien dating ke dokter umum atau dokter ahli yang beragam tergantung gejala yang muncul.

Jika Lupus terlambat didiagnosis maka bisa menyerang organ tubuh vital seseorang dengan cepat. Karena lupus sangat mudah menyerang organ ginjal, jantung, paru-paru, hati, darah, saraf, mata, sendi dan kulit.

Pengobatan yang bisa diberikan tergantung dari tipe Lupus yang diderita, berat atau ringannya lupus, organ tubuh yang terkena serta komplikasi yang ada.

Penyakit lupus adalah penyakit autoimun karena antibodi seseorang menyerang jaringan tubuhnya sendiri. Akibatnya bisa timbul peradangan atau inflamasi yang ditandai dengan rasa nyeri, sehingga orang yang menderita lupus seringkali mengeluh rasa sakit atau nyeri di sebagian atau seluruh tubuhnya.

“Untuk membantu mengurangi rasa nyeri tersebut seseorang harus bisa menenangkan dan membiarkan pikirannya mengalir apa adanya,” ujar terapis Ratih Zimer Gandesetiawan.

Ratih menuturkan ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk membantu mengurangi rasa nyeri dan tidak nyaman yang dialami oleh penderita lupus, yaitu:

- Cobalah untuk mengenal diri sendiri.
- Mensensitifkan diri sehingga Anda menjadi tahu hal-hal apa saja yang bisa membuat Anda merasa nyaman.
- Belajar mengenali wajah melalui cermin untuk tau emosi apa yang sedang terjadi pada diri kita.
- Memperbaiki posisi tubuh sehingga merasa lebih rileks.
- Mendengarkan musik sehingga membuat suasana hati lebih tenang.
- Mengurangi atau mencegah situasi stress, karena semakin stress akan memicu kejang otot yang bisa menimbulkan nyeri.

Karena tidak ada gejala khusus yang timbul pada penderita Lupus serta pengendalian dini yang sulit, maka jika timbul beberapa gejala tersebut bisa mendatangi dokter pemerhati Lupus yaitu dokter spesialis penyakit dalam konsultan hematologi, rheumatologi, ginjal hipertensi dan alergi imunologi.


Sumber: DetikHealth

.

Pengobatan Medis Holistik untuk Lupus Tanpa Efek Samping

Lupus bisa diobati secara medis holistik dengan tingkat kesuksesan lebih tinggi dibandingkan pengobatan lama medis konvensional. Medis holistik menggunakan strategi pengobatan dengan doa, kasih, manajemen stress, pengaturan pola makan, obat herbal dan suplemen. Oleh karena pengobatan ini memakai unsur-unsur alami, maka sampai sekarang tidak pernah (atau belum pernah) ditemukan adanya efek samping bagi penderita lupus.

Contoh pengobatan medis holistik untuk kasus lupus paling parah adalah pada pasien kami Ketut Suarningsih (20 tahun) dimana sebelumnya ia tetap lumpuh karena lupus walaupun sudah menghabiskan puluhan juta untuk pengobatan medis konvensional. Lupus telah membuat tubuhnya jadi sangat kurus, tidak tahan terkena sinar matahari, sering demam, sakit kepala dan nyeri disekujur tubuhnya, bahkan lumpuh. Ia kehilangan nafsu makan dan stop haid. Jika tidak ditangani dengan benar, Ketut akan terancam meninggal akibat lupusnya.

Oleh karena Ketut dari keluarga yang kurang mampu, ia pun meminta dukungan dari pihak lain untuk membantu pengobatannya. Syukur kepada Tuhan, setelah lebih dari satu tahun pengobatan dari kami (secara medis holistik), Ketut pun akhirnya tidak lumpuh lagi, berat badan bertambah, tidak bermasalah jika terkena sinar matahari, lebih segar dan kuat, serta bisa haid kembali. Ini semua berkat ijin Tuhan dan dukungan dari keluarga Ketut, para tim Healindonesia Group, dan para donatur. Ingin tahu detail kisah dan perkembangan terapi Ketut Suarningsih? Silahkan klik
http://healindonesia.wordpress.com/2009/04/03/proyek-hifon-01-pasien-lupus-ketut-suarningsih-bali/

Salam sehat Healindonesia!
Dt Awan (Andreas Hermawan)

No comments: