Friday, February 4, 2011

papua


Transcript: Tunaliwor Kiwo Testimony (Bahasa Indonesia)
Document Actions

* Send this
* Share this
o del.icio.us
o Digg
o StumbleUpon
o Yahoo
o Google
o Newsvine
o Reddit
o Blogmarks
o Magnolia
o Facebook
o Technorati
o Twitter

by Dewan Adat Papua — last modified Nov 21, 2010 08:16 PM

Petani Papua Tunaliwor Kiwo menceritakan kisah penyiksaanyang ia alami ketika ditangkap anggota TNI pada tanggal 30 Mei, 2010. Kesaksian dan kronologinya dilakukan dalam Bahasa Lani, namun diterjemahkan ke Bahasa Indonesia.
Transcript: Tunaliwor Kiwo Testimony (Bahasa Indonesia)

Tunaliwor Kiwo

Video Testimony di sini
Terima kasih, saya akan menceritakan kronologi penyiksaan yang saya alami dari awal sampai akhir.

Pada hari Minggu tanggal 30 Mei 2010 dari Tingginambut menuju ke Mulia, saya menggunakan ojek sampai di Pos TNI Kwanggok Nalime, Kampung Yogorini. Saya Anggen Pugu Tunaliwor Kiwo dan Telengga Gire dipanggil oleh aparat TNI di pos itu. Lalu, tanpa curiga kami datang ke pos TNI Nalime tersebut. Kami pikir mungkin mereka mau kasih sesuatu ,atau rokok kah namun bukan demikian, melainkan kami diinterogasi langsung dan mereka bertanya kepada kami ... Lalu mereka bertanya, “Kamu tinggal dimana?”, “Ya, kami tinggal di Kampung Tingginambut, Ibu Kota Distrik” ... “Apakah kamu punya KTP?” … “Ya kami punya, lalu kami tunjukan kepada mereka”.

Langsung, tidak bertanya banyak, saya, Anggen Pugu Kiwo, dan Telengga Gire diikat dengan tali dan diseret kebelakang pos dengan menarik ujung tali dibalik ke belakang saya dari arah kiri pos ke belakang, lalu langsung pertama-tama ditampeleng keras pada telinga kiri dan dan telinga kanan ditarik ... didorong ... dibanting ke tanah. Habis itu kedua kaki kami diikat dengan kawat berduri. Lalu ditarik ujung tali yang sudah terikat pada tangan kami dan diseret-seret dari arah Sungai Nagarak.

Kayu balok yang sudah dipersiapkan ... lalu mereka mulai hajar saya dari leher sampai tulang punggung, hancur-hancuran ... dan kayu balok tadi patah-patah, hancur di badan saya. Setelah balok tadi patah, lalu mereka buang.

Sehabis itu mereka mengambil karung plastik ... lalu memasukan kepala saya sampai kaki, lalu diikat dan kemudian membukanya lagi ... Lalu ganti dengan kantong plastik hitam ukuran besar, mereka memasukan saya dari kepala dan menarik leher saya. Semua mulut dan hidung tertutup. Plastik lalu diikat mati sehingga saya tidak sanggup bernafas dan mencoba membuka mulut tidak bisa karena sudah rapat betul dan hampir tidak bisa bernafas lagi ... Tidak bisa ... tidak bisa bernafas ... Lalu mereka membukanya lagi.

Kemudian mereka bertanya, “Ko harus jujur ... ko harus jujur” ... “Ya, saya tidak tau, saya ini hanya masyarakat biasa” ... Berulang-ulang ... Tetapi mereka terus memaksa saya ... “Ah ko tipu ko harus jujur jawab, ko OPM to ...?” Kami ditekan terus sehingga bingung mau bicara, sudah kaku dan gementar suara kami, sudah tidak bisa jawab dengan baik karena kami gugup. Akhirnya mereka terus menyiksa saya ... terus ... menyiksa terus. Bolak-balik memukul saya dari ujung rambut sampai kaki dalam keadaan kaki dan tangan sudah terikat ... Saya mulai tidak berdaya ...

Lalau mereka masuk ke pos mengambil tang, lalu jepit jari-jari kaki saya ... tarik keras sampai hancur-hancuran. Saya terus histeris sampai terkencing-kencing ... aduh ... aye lalu pindah lagi ke kaki sebelah, maksudnya dari kaki kiri pindah lagi ke jari-jari kaki kanan.

Dengan cara yang sama mereka jepit penis saya sampai hampir putus, saya terus ... histeris, aye bopanu … be ... andi aye (aduh sakit lepaskan saya). Mereka mengatakan, “Kami akan potong kemaluan kamu” ... Saya terus histeris ... mereka menyiksa saya dari jam 9.00 pagi. Kaki, tangan sudah posis terikat dari pagi

Kemudian menarik ujung tali yang sudah terikat ditangan saya ditarik, banting dari kiri kekanan, dari kanan ke kiri, mengakibatkan banyak benturan kepala, kaki terkena benda-benda keras termasuk diding rumah, batu dan sebagainya, mengakibatkan lutut kanan saya ini sudah rusak, tidak bisa jalan normal seperti dulu lagi, tapi jalan lutut kanan saya pincang.

Tak terasa mereka menyiksa saya dari jam 9.00 pagi sampai jam 6.00 sore. Mereka seret saya masuk ke dalam dapur mereka di bagian belakang.

Kaki, tangan saya tetap terikat lalu merek ikat kaki saya dengan tali satu-satu, dan diikat ke kayu dan tangan saya tetap diikat ke belakang dan tergantung keatas.

Sesudah itu ada satu anggota yang datang dan menginjakan kaki, lengkap dengan sepatu laras menginjak kaki di muka dan hidung. Dia menekan kakinya danb kepala saya terbentur ke tembok ...terpantul ... dan lagi kembali diinjak lagi sampai berulang-ulang mengakibatkan darah saya dari hidung, mulut, dan kepala mengalir, menutupi semua mulut, dada, kumis. Karena dalam posisi terikat jadi sulit saya lap darah saya, jadi terpaksa tiu-tiup fu ... fu ... fu … fu … agar tidak menutup mulut saya ado ... saya pasrah saja apa boleh buat.

Setelah itu, mereka membakar rokok ... pura-pura mau kasih saya lalu saya buka mulut untuk merokok ... tiba-tiba tarik balik apinya tancap di hidung saya sehingga hidung saya semua terbakar dengan api puntung rokok.

Kemudian mengisi air di ember sampai penuh dan sudah tengah malam, badan keram ... campur dingin, mereka siram air dari kepala sampai ke seluruh tubuh ... saya saya bilang ... aduh dingin be ... tapi mereka tidak mau tahu ... siram air dingin sampai badan saya jadi gementar ... keram dan seluruh tubuh menjadi kaku. Saya bilang aduh dingin tapi justru ditambah menyiram air dingin terus.

Akibat dari tali yang mereka ikat dengan kencang dari jam 9.00 pagi tadi membuat kaki dan tangan saya menjadi bengkak yang luar biasa

Penyiksaan selanjutnya adalah mereka panaskan besi atau kawat lalu tempel di kiri-kanan paha saya. Saya terus berteriak ... “Aye ... aye ... andi be” ... kemudian dikasih panas lagi tempel lagi di perut kiri-kanan saya, “... aye andi be ...” lalau dikasih panas lagi tempelkan lagi di dada kiri dan kanan ... saya terus berteriak ... “aye ... andi … be …” tapi mereka tidak perduli dengan kesakitan saya ... ado luar biasa menyiksa saya dari jam 9.00 pagi sampai malam sampai pagi ... seret saya ... keluar ...

Mereka meletakan saya di halaman pos lalu saya sampaikan bahwa saya ini adiknya Bapak Sekda (Yustus Wonda) jadi tolong panggil dia agar datang jemput saya dengan suara yang sudah terputus-putus ... namun mereka meniru gaya saya bicara dan menertawakan saya ...

Pagi hari itu (sudah hari ke II) mulai siksa saya lagi menggunakan balok. Mereka menyiksa saya, dipukul dari ujung kepala sampai ke ujung kaki bolak balik sampai-sampai hancur-hancuran dalam keadan kaki tangan tetap terikat dengan tali.

Penyiksaan lain lagi mereka masuk dalam pos sambil pisau sangkur ... lalu satu datang menginjak muka, mulut dan hidung ... mereka lalu meletakan pisau sangkur di leher saya, satu dari arah kiri dan yang satu lagi dari arah kanan, mencoba mengancam memotong leher saya, dan saat dinjak itulah hidung saya terbelah ini [menunjukkan hidungnya] ... saya pikir leher saya pasti putus namun belum juga terputus.

Kemudian mereka posisikan saya terbaring tertidur, dan papan kayu taruh diatas, melapisi dada, muka, perut, saya lalu ... tes-tes belah dengan kapak dari kiri, jatuh papan tembus kena papan yang mereka alas di sebelah leher kiri dan kanan saya.

Penyiksaan berikut adalah kaki dan tangan saya tetap terikat, kaki disuruh lipat dan ambil tali mengikat dari leher, lapis dengan kaki kencang sementara tangan tetap terikat di belakang. Kemudian mereka tumpuk kayu bakar yang ada di halaman pos, angkat dan tumpuk semua diatas leher dan badan saya sampai tinggi. Saya sudah hampir tak bisa bernafas lalu disamping kaki kiri dan kanan disiram bensin lalu dibakar. Saya berada di posisi tenggah dengan kayu bakar ... ado saya tidak bisa bergerak, panasnya api semakin menghanguskan tubuh saya karena kaki tangan saya tetap masih dalam keadaan terikat mati ... saya terus histeris kesakitan.

Mereka kemudian melepaskan saya dan seret saya keluar dari tumpukan kayu bakar, lalu berdiri dengan posisi kepala di tanah dan muka menghadap ke atas. Dalam posisi sisi badan ke tanah lalu merka tes membelah saya dengan kapak, tembus masuk ke sisi kepala kiri dan kanan mencabut kapak yang tertanam dalam tanah dan kotoran terhambur menutup muka dan mata saya … luar biasa mereka menyikas saya ... dan posisi pasrah siap mati sudah tak berdaya mereka lakukan pada saya. Hal itu mereka lakukan sebelum matahari naik, kira-kira antara jam 5-6 pagi

Sekitar jam 8.00 pagi saya diseret dan dicukur kumis dan rambut saya dengan cara yang tidak-tidak. Rambut saya dipotong dari semua arah, kepala saya disilet ... silet tidak terarah mengakibatkan silet kena di mulut, telinga, hidung dan di muka semua berdarah karena muka saya dan kepala kumis semua disilet sampai botak. Kepala saya berdarah-darah.

Penyiksaan beralih, aparat TNI itu membuat sambal dengan rica [cabe] dalam jumlah yang sangat banyak, bawang merah, putih bawang putih, sabun Rinso, garam campur ditumbuk dengan air lalu menyiram tubuh saya dari kepala sampai ke seluruh tubuh saya ... saya berteriak karena sakit tapi mereka justru semakin brutal dan terus menyiram ke bagian tubuh yang belum tersiram. Mereka membalikkan tubuh saya lalu menyiram terus sambal itu semua siraman ditubuh saya sampai habis ...

Lalu mereka seret saya dan menjemur saya di terik panasnya matahari di samping rumah pos itu sampai tak sadar diri. Semua lalat menempel di seluruh tubuh saya, dimulut, hidung, telinga ... lalat kemudian kembali hinggap ditubuh saya lagi sampai matahari dari barat mulai terbenam di bawah kaki Gunung Arimuli atau Puncak Senjum. Ketika saya sadar, hari sudah mulai senja kira-kira pukul 4.30 sore.

Lalu komandan pos memerintahkan kepada anggota TNI yang berprofesi sebagai matri untuk bersikan saya, lalu mantri tadi ... mengatakan “Ado, kasihan,” dan ia buka tali yang diikat tadi baik di kaki maupun di tangan. Kaki dan tangan saya bengkak, tidak bisa jalan, jadi matri itu bantu peluk saya turun di kali tempat mandi lalu saya dimandikan pakai sabun sampai bersih lalu karena celana saya kotor jadi dia memakaikan celana, dia lalu gendong saya dan membawa saya kembali ke pos. Setelah sampai di pos seluruh tubuh saya yang sakit disirami dengan alkohol, dibersikan dan digosok Betadine diseluruh tubuh yang luka. Kemudian ia suntik kaki kiri, kanan dan tangan kiri, kanan, di paha kiri dan kanan, menjahit hidung saya yang terbelah akibat penyiksaan tadi dengan benang. Saya merasa sangat dingin jadi kembali dipakaikan baju dan jaket yang ada disitu, jadi diambilkan dan dipakaikan pada saya lalu baringkan saya diatas serambi tidur pulas sampai bangun jam 6.00 sore.

Setelah bangun, mereka menyuruh saya angkat kaki dan tangan, maksudnya untuk diikat kembali, namun sangat sulit untuk diangkat karena bengkak dan berat sekali untuk angkat, susah, sehingga kaki saya tidak jadi ikat dan tangan saya juga mau diikat ke arah belakang namun tidak bisa karena saat penyiksaan semua jadi rusak, keram tulang tangan, kaku sehingga tidak bisa dibengkokkan kebelakang. Jadi mereka terpaksa ikat di arah depan, mencoba ikat keras namun saya kesakitan lalu mereka ikat agak longgar lalu masukan saya untuk tidur di serambi.

Satu hari sebelumnya mereka tidurkan saya di tanah, jadi mudah untuk angkat kaki sementara saya berusaha angkat kaki itu membuat tanah dimana kaki saya ada saya bikin sampai jadi lobang dalam, saat saya tarik-tarik kaki.

Setelah saya dimandikan sampai bersih tadi, kemudian ditidurkan dengan alas tikar dan diatasnya pakai plastik warna kuning yang biasa dipakai untuk evakuasi mayat dari pembunuhan atau kecelakaaan lalulintas, saya diatas rapat dengan plastik itu serta kepala saya di kasih bantal serta tutup bandan saya dengan jas mantel atau jas tidur milik TNI berwarna hijau agar tidak kedinginan dan tidur nyenyak.

Sekitar 11.30 saya tak sengaja terbangun dari tidur. Sementara saya tetap terbaring lalu saya mendengar semua rencana eksekusi saya besok pagi. Waktu tinggal hitungan jam, saya dengar korban bahwa ... sekarang sudah jam 12, oh ... sekarang sudah ... jam 1, hitung-hitung jam ... oh sekarang sudah pukul ... 2 pagi oh sekarang sudah masuk ... jam 3.00 pagi hari. Waktu semakin mendesak, mereka semua sibuk, mereka memasak air panas lalu mereka buat kopi, teh dan masak Supermie masing-masing di dalam plastiknya, Supermie lalu ikat ujungnya, beberapa menit setelah masak mereka makan sendiri-sendiri. Mereka sangat ramai karena sedikit lagi akan mengeksekusi saya, sementara saya terus mendengar setiap kalimat dan kata-kata mereka yang mereka ucapkan.

Pada jam 3.00 mereka kontak dangan HT dimana kesatuan mereka bertugas di Pos Kalome, Pos Tingginambut dan Pos Puncak Senyum, bahkan mungkin di Kota Mulia juga mereka melaporkan bahwa: “Yang satunya mereka sudah tembak tembak, tetapi satunya masih hidup”. Ketika mendengar itu saya pikir Telengga Gire mungkin sudah ditembak mati, padahal belum. Maksudnya yang “sudah ditembak” itu mereka mau tembak saya [Kiwo].

Waktu sudah menunjukan ukul 3 lebih lalu mereka mengatakan mobil akan datang kesini jam 8 jadi kami akan menembak mati orang ini tepat pada jam 9 pagi lalu akan dinaikkan ke mobil. Saat itulah saya, Kiwo, hati kacau campur takut dan cemas

Saya mulai perlahan-lahan lepaskan tali yang diikat di tangan saya, buka dengan gigi pelan-pelan tetapi tetap kencang, saya tarik jadi kelihatan mereka lihat tali masih span karena ujung tali diikat di diding, dan ujungnya diikat di tangannya korban.

Sementara itu saya curi-curi pandang, lalu berdiri, tetapi mereka lihat saya lalu tegur saya, “Ko ... tidur, jangan bangun ... ko ... tidur, jagan bagun lagi.” Tetapi tetap saya pelan-pelan angkat kepala terus sampai ... saya mendengar sudah jam 4.00 pagi.

Kiwo Mulai berdoa, isi doa adalah:

Terimakasih Tuhan Allah Jika Engkau menghendaki saya akan mati ditangan militer Indonesia, maka pada hari Selasa tanggal 11 Mei tahun 2010, jam 9.00 pagi ini pasti saya akan ditembak mati di tempat ini, maka hidup saya, saya serahkan kedalam tanganMu ya Tuhan.

Tuhan tolong bawa orang-orang yang menyiksa dan membunuh saya ini kedalam tangan orang-orang saya yang akan membela menganti kepala saya dan menggantikan nyawa saya supaya mereka juga ditembak mati, apa bila mereka akan membunuh saya pada jam 9.00 pagi ini. Terima kasih Tuhan Yesus.

Tetapi jika Tuhan telah merencanakan hidup saya mati atau dipanggil Tuhan dengan cara lain, sakit penyakit, maka saya tidak akan mati ditangan TNI di pagi hari ini maka Tuhan saya mohon buat mereka buta dan tidak berdaya dan lepaskan saya subuh jam 4.00 - 6.00 sebelum jam 9.00 Pagi ini keluar dari tempat ini. Terima kasih Tuhan di dalam nama Tuhan Yesus ... Amin.

Akhirnya Tuhan memberikan kekuatan kepada saya untuk mengangkat tubuh dari tempat tidur. Drum yang ada dan tindis kepada satu orang yang standby menjaga saya tindis diseluruh badan dan saya tindis kaki saya lompat keluar lalu kaki saya menginjak serambi mereka yang ada di pos depan, saya pikir ini teman mereka yang jaga saya yang keluar dan ketika kaki saya sudah lompat keluar, saya ketahuan lalu mereka menembak dengan tembakan peluru luar biasa ke arah saya namun tidak satu peluru pun kena tubuh saya.

Saya lepas lari dengan berguling-guling. Saya lari jatuh ... lari ... jatuh begitu terus sampai agak jauh sedikit saya jatuh dalam tempat yang saya sulit berdiri, saya usaha setelah jatu mencoba berdiri tapi tidak bisa jatuh lagi ... kedua kali lagi mencoba berdiri namun tidak bisa lagi ... yang ketiga juga tidak bisa berdiri, akhirnya saya menyerah tetapi lama kemudian saya mencoba berdiri akhirnya saya dapat berdiri dan jalan. Kalau mereka terus mengejar saya maka mungkin saya sudah pasti mati di situ. Saya jalan ibarat anak umur 1 tahun baru belajar jalan, sebantar berdiri ... sebantar-sebentar jatuh lagi ... seperti itulah yang saya alami. Saya terus lari ketemu jalan besar ... saya langsung merayap masuk dalam semak-semak, celana putih tadi saya buka lalu pegang di tangan agar mereka tidak mendapatkan saya. Sampai tiba di Kali Yamo sudah mulai pagi sekitar jam 5.00, dan 6.00 pagi saya ikut Kali Yamo bertemu keluarga.

Keluarga takut mendekati saya dan menjabat tangan karena mereka sudah dengar kabar tersiar bahwa Kiwo sudah dibunuh oleh TNI dan juga ada ceritra dongeng tentang orang yang datang mengujungi keluarga setelah meninggal, jadi mereka pikir jangan-jangan kamu bayangan apa benar ... lalu Kiwo menjawab “Ah ... ini saya betul masih hidup ... saya disiksa dan saya selamatkan diri.”

Keluarga bilang, “Ada dua pemuda memyampaikan surat kepada pos TNI itu agar agar kamu segera pulang karena kamu selama ini dicari Goliat Tabuni itu”, tu sudah yang kamu bunuh itu ... namun karena tiba-tiba Kiwo masih hidup dan muncul maka rencana mereka antar surat ke pos mau titip lewat tukang ojek tidak jadi, kembali dari jalan.

Keluarga memotong babi. Keluarga langsung memotong babi sebagai tanda bertemu kembali keluarga yang selamat dari maut dan secara adat mereka membunuh babi dan memeriksa semua bagian tubuh yang hancur namun hanya dua tulang rusuk yang patah dan semua tulang dalam tubuh dari kepala sampai kaki menjadi merah. Semua lalu mereka bersihkan, dan masak, dan dirawat dengan obat-obat yang dikirim dari Mulia dan saya sudah sembuh seperti sekarang ini

Sampai hari ini saya ragu dengan kesehatan saya, jangan-jangan saya akan kambuh sakit kembali namun masih sehat karena memang saya ini orang yang punya tipe hidup tidak sembarangan, artinya tidak pernah mengambil barang milik orang lain, memarahi orang dan menyakiti hati orang lain, tidak pernah, jadi Tuhan tolong saya dan saya selamat.

Itulah kronologi penyiksaan yang saya alami waktu itu dan saya sampaikan terima kasih. Nama saya AnggenPugu Kiwo. Jadi itu sudah bekas-bekas penyiksaan luka yang saya alami. Wa wa wa wa

No comments: