perceraian
perceraian dan dampaknya bagi anak
peristiwa perceraian dalam keluarga senantiasa membawa dampak yg mendlm. kasus ini menimbulkan stress, tekanan dan menimbulkan perubahan fisik dan mental. keadaan ini dialami oleh semua oanggita keluarga: ayah, ibu dan anak.
banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kasus pertikaian dalam keluarga yg berakhir dg perceraian. faktor2 ini al: persoalan ekonomi, perbedaan usia yg besar, keinginan utk memperoleh anak putra/putri, dan persoalan prinsip hidup yg berbeda.
menjelang gentingnya konflik ini biasanya sang ayah kurang memikirkan resiko yg tjd dlm mengasuh anak. sementara ibu paling memikirkan resiko akibat perceraian, dan bagaimanapun kasus perceraian tsb jelas2 membawa resiko yg berantai, yg paling dipersoalkan adl dampaknya dlm diri anak.
a. perceraian dan pengaruhnya thd perkembangan anak
penelitian hetherington menemukan bahwa kasus perceraian itu akan membawa trauma pd setiap tingkat usia anak, meski dg kadar yg berbeda.
setiap tingkat usia anak dlm menyesuaikan diri dg situasi baru ini memperlihatkan cara dan penyelesaian berbeda. kelompok anak yg blm berusia sekolah pd saat kasus ini tjd, ada kecenderungan utk mempersalahkan diri bila ia menghadapi masalah dlm hidupnya. ia menangisi dirinya. umumnya anak usia kecil itu sering tidak betah, tidak menerima cara hidup yg baru. ia tidak akrab dg ortunya. anak ini seinrg dibayangi rasa cemas, selalu ingin mencari ketenangan.
kelompok anak yg sudah menginjak usia besar pd saat tjd nya kasus perceraian memberi reaksi lain. kelompk anak ini tdk lg mempersalahkan diri sendiri, ttp memiliki sedikit perasaan takut krn perubahan situasi keluarga dan merasa cemas krn ditinggalkan oleh salah satu ortunya.
ketika anak menginjak usia remaja, anak sudah mulai memahami seluk beluk arti perceraian. mereka memahami apa akibat yg bakal tjd dr peristiwa itu. mereka menyadari masalah2 yg bakal muncul, soal ekonomi, sosial dan faktor2 lainnya.
b. bila anak di bawah asuhan ibu
perceraian membuat peran keluarga yg dijalankan dan dibebankan kpd satu org saja akan mjd jauh lebih sulit, jika dibandingkan dg dua org. keadaan yg tdk menentu ini cenderung membuat ia memilih tinggal di rumah baru, ingin hidup menyendiri, menjauhi banyak teman, memilih sekolah yg lbh sederhana bagi anaknya. perasaannya sering diliputi kecemasan dan rasa aman pun terancam.
kasus perceraian membawa akibat yg sangat mendalam. peristiwa ini menyebabkan ibu/ayah mjd kurang mampu mengatasi kehidupan anaknya sehari2. akibat yg lain muncul serentetan kasus spt tindakan2 yg semestinya tdk perlu tjd mis: waktu tidur anak tdk teratur.
dlm kasus perceraian ini, kaum ibu lebih mengalami kesulitan konkret dlm menangani anak2. sementara bagi ayah, ia mengalami kesulitan dlm taraf berpikir, merenungi dirinya bagaimana menghadapi situasi ini.
menurut penelitian hetherington, peristiwa perceraian itu menimbulkan ketidakstabilan emosi, mengalami rasa cemas, tertekan dan sering marah2. dalam menghadapi kemelut ini, pihak ibulah yg paling pahit merasakannya. mereka merasa tertekan lebih berat, dan pengaruhnya lebih lama, terutama ibu yg mengasuh anak laki. walaupun masalah tsb telah dua tahun berlalu, ibu ini masih merasa kurang mampu, merasa cemas, masih trauma dibandingkan dg ibu yg mengasuh anak perempuan.
peristiwa perceraian itu menimbulkan berbagai akibat thd ortu dan anak. tercipta perasaan yg tdk menentu. sejak saat ini ayah/ibu mjd tdk berperan efektif sbg ortu. mrk tdk lg memperlihatkan tanggungjawab penuh dlm mengasuh anak.
pd tahap pertama setelah perceraian, ortu mjd kurang dekat dg anaknya, meski banyak waktu tersedia utk itu. ortu tdk mjd tegas lagi dan kurang melatih anaknya bersikap tanggungjwb. keadaan ini jauh berbeda dg keluarga utuh yg ortunya bersikap tegas dlm mendewasakan anaknya.
dlm situasi perceraian, ada kecenderungan sikap yg berbeda pd ayah ibu. seorg ibu mjd kurang memperlihatkan kasih sayang kpd anak2nya, khususnya thd anak laki, suatu sikap yg berbeda dg sebelum perceraian. ibu ini memperlakukan putranya lebih keras, memberi tugas disertai ancaman dan mendidik anakpun tdk sistematis serta bersifat memaksa.
sikap ayah cenderung ramah, tawa ria dan memberikan kebebasan pd anaknya. dan perbedaan sikap ayah dg ibu ini tampak jelas pd anak laki. reaksi anak laki thd ibu yg mengasuh dirinya lebih bersikap acuh tak acuh. mereka bersikap menyusahkan, banyak mengeluh dan mengajukan banyak tuntutan. mereka juga bersikap lebih agresif dari anak lainnya.
tahap pertama perceraian mrp masa krisis yg paling sulit. ortu tampaknya dr waktu ke waktu memperlihatkan sikap kasar kpd anaknya. namun stlh dua thn berikutnya situasi mulai pulih kembali. anak2 dan ortu sdh mulai beradaptasi dg situasi. ayah mjd keras dan berdisiplin, serta lebih mengekang anak2nya. sementara ibu cenderung membatasi diri. ttp bagi anak laki, meski sdh dua tahun berlalu, mrk ttp bersikap agresif, mudah terpengaruh, bersikap masa bodoh dg ibunya. sikap ini berbeda dg anak putri.
hetherington menemukan bahwa konflik keluarga menimbulkan pengaruh terhadap sikap bermain anak. pengaruh sampingan lain adl terganggunya pergaulan dg teman sebaya. akibat yg lebih jauh lg dpt mjd alasan penting terhambatnya perkembangan anak. anak berkembang tdk stabil, terutama ketika bergaul dg teman2nya. pengaruh ini akan terus berlanjut sampai anak menginjak masa remaja dan interaksi sosial sedikit terganggu pada masa dewasa.
ada juga gejala lain pd anak laki dr keluarga broken home ini, mereka mjd lebih memperlihatkan sikap kasar kpd teman2nya. gejala ini muncul mungkin sbg akibat sikap kasar dr ibunya yg menimpa diri mereka.
c. sejauhmana peran ayah terhadap anak di bawah asuhan ibu
meski dlm kasus perceraian kaum ibu cenderung mengambil alih mengasuh anak, peranan ayah tetap penting. hetherington menemukan bahwa pd tahap awal perceraian, ayah selalu mengunjungi nak2nya, sama spt situasi sblm perceraian, bahkan cenderung lebih sering. setelah dua bulan berlalu, pengaruh ayah itu masih ada, meski lambat laun kontak ini akan bergerak menurun. setelah dua tahun kemudian ayah menjadi kurang ayah mjd kurang kontak dg anknya.
keengganan seorg ayah mengunjungi anaknya tdk semata2 krn tdk merasa tertarik kpd anaknya, ttp ada hal lain yg lbh penting, yaitu tergantung bagaimana sikap ibu terhadap mantan suaminya ini. menurut fulton, ada kecenderungan ortu yg mengasuh anak itu berusaha mandiri, menciptakan situasi baru dan menjauhi ortu yg lain
berkurangnya kontak ayah dg anaknya akan membawa pengaruh pd sisi lain. hetherington menyatakan bahwa berkurangnya kontak ini menyebabkan pihak ibu justru semakin dekat dg anaknya.
berkurangnya pengaru ayah atas anaknya dan bertambahnya pengaruh ibu adl hal yg tdk dpt dielakkan. ayah yg hidup berpisah dg anaknya namun tetap menjalin hub yg baik akan berpengaruh pd perkembangan anaknya. si anak akan tetap memperlihatkan pribadinya sg seorg laki. meskipun demikian, kasus perceraian itu tetap membawa dampak dlm perkembangan sosial dan emosi anak.
ketika kasus perceraian itu tjd, sifat khas laki dan sifat khas wanita tdk lah dipersoalkan. ketika kelompok anak ini menginjak usia dewasa, kekhasan pria wanita akan muncul dg sendirinya tanpa memperhitungkan apakah dia berasal dr keluarga retak atau dr keluarga utuh. pola sikap ini senantiasa berkembang dan senantiasa dipengaruhi oleh berbagai pihak.
sering tidaknya seorg ayah mengunjungi anak yg diasuh ibu dpt disebabkan berbagai alasan, bahkan kadang disebabakan oleh jenis kelamin anak. anak laki akan lebih sering dikunjungi ayahnya drpd anak perempuan.
ayah juga dapat mempengaruhi anaknya dg cara tdk langsung, yaitu dg menciptakan hub yg baik dg anggota keluarga yg lain, yaitu ibu. dlm kasus perceraianpun ayah dpt mempengaruhi anaknya dg cara tdk langsung, mis dg memberi semangat kpd bekas istrinya dlm membina hub yg baik.
faktor yg paling berat dlm kasus perceraian adl bagaimana memulihkan kembali hub yg baik dan tetap stabil, menciptakan keakraban bagi kedua ortu. pengaruh ini akan tetap bertahan sampai lima tahun berikutnya. kebiasan mengunjungi masih penting bagi sebagian besar anak, ttp yg terpenting dr kunjungan ini adl kualitasnya, bukan kuantitasnya.
kunjungan ayah setelah peristiwa perceraian akan mempengaruhi keadaan emosional anak. kehadiran seorg ayah dlm diri anak ini berarti menghindari kecemasan, kesepian dan pengaruh yg jelek2 dr luar.
meskipun dorongan seorg ayah thd anak yg diasuh ibu itu penting, namun tdk selalu membantu si anak. bila kausu perceraian itu diwarnai dg kepedihan hati yg mendlm, maka hal itu akan mempengaruhi kontak hub antara ayah dg anaknya. dlm situasi spt ini, sikap ayah thd anaknya terbatas. kehadirannya tdk lg menyenangkan ttp membawa kesusahan bg si anak.
d. bila anak di bawah asuhan ayah
dlm peristiwa perceraian, kadang sang ayah mengambil tanggung jawab mengasuh anak. meski ada kecenderungan umum bahwa kaum ibulah yg sewajarnya mengambil alih mengasuh anak, namun pandangan ini sudah dianggap klasik
di amerika sekitar th 70 an pandangan lama yg menyatakan bila tjd perceraian maka anak otomatis diasuh oleh ibu, pelan2 berubah. kmd ada undang2 yg mengatur persoalan tsb
bersamaan dg itu konsep ttg peran seorg ayah dan ibu mulai berubah, dan dlm kasus perceraian, ayah dan ibu itu sama2 mempunyai kemampuan untuk mengasuh anak.
sejak ada kecenderungan sang ayah mengambil alih mengasuh anak dlm kasus perceraian, maka menarik untuk diket tipe laki apakah yg berani mengasuh anak. gersick mengadakan penelitian dan mendapatkan hasil bahwa ayah yg berani mengasuh anak adl kelompok ayah yg sdh berpengalaman, usia relatif tua, ekonomi berkecukupan dan lebih mengenal aturan hukum, serta ayah tsb berasal dr keluarga yg tdk mengalami keretakan
ayah yg mengambil alih mengasuh anak dlm perceraian ini biasanya berasal dr keluarga yg pd masa mudanya lbh dkt dg ibunya, ato dkt dg kedua ortunya, dan begitu pula sebaliknya. terungkap pula bahwa kelompok ayah yg berani mengasuh anak ini cenderung berasal dr keluarga yg ketika masih kecil ia disayang ibunya dan si ibu tdk bekerja di luar rumah
kaum pria yg mengambil alih tanggung jawab pd kasus perceraian pd umumnya mendidik anaknya sec lebih efektif. apabila di antara ayah ini kurang peka dan kurang efektif dalam membimbing anak, biasanya sebelum kasus perceraian mereka tdk pernah mengganti popok bayi, tdk sibuk membantu istri ato tdk pernah mengepel rumah
ayah jg mengalami stres spt ibu dlm mengasuh anak sbg ortu tunggal, krn merasa tertekan dg dua tugas sekaligus, yaitu mengasuh anak dan tugas2 yg lain. rasa tertekan bertambah krn sebag besar kegiatan tsb mrp hal baru bagi ayah.
bagaimana perkembangan anak di bawah asuhan ayah?
- anak laki menunjukkan sikap yg menguntungkan. ia akan berkembang lebih matang dan interaksi sosialnya lebih baik serta memperlihatkan kesadaran diri yg tinggi
- anak putri menunjukkan sikap yg kurang menguntungkan. ia akan kurang memiliki sikap kerjasama, kurang jujur.
- kesimpulan: anak yg diasuh oleh ortu berjenis kelamin sama kan jauh lebih baik dlm perkembangannya, drpd yg berlawanan jenis kelamin
penelitian santrock dan warshack menyimpulkan bahwa hal yg paling penting dlm pengasuhan anak setelah perceraian adl keberlangsungan hub antara seorg anak dg ortunya sejenis kelamin, mis: ayah dpt lebih merasakan kebutuhan psikologis putranya drpd putrinya
seorg ibu/ayah tampak akan mengungkapkan cara hidup dan pengalaman yg berbeda dlm mengasuh anak. ayah cenderung menggunakan bantuan dr luar yg ditawarkan spt uang, atau bantuan dr sanak saudara yg lain. sementara ibu kurang memilih cara itu. kelompok ayah ini tampak lebih sering mengunjungi ibu kandungnya, sementara kelompok ibu tdk demikian. ayah jg menyediakan waktu lebih lama dan lebih sering bersama anaknya
tjd perubahan pola pandangan dlm mengasuh anak, yaitu lebih menekankan kualitas dlm pertemuan dg anak, spt menciptakan ekhangatan, keintiman, memberi dorongan sosial, menanamkan norma susila dll. semua ini mrp pengalaman berharga bagi anak, selain itu, ayah ibu dan anak lebih memahami banyak hal jika mereka juga terbuka kepada banyak org
bila seorg ayah kurang terampil dlm mengasuh anak, ia dpt meniru cara ibu dr pengalaman interaksi dg anaknya
dlm mepelajari bagaimana seorg ayah itu mengasuh anak dan bagimana dia memenuhi kebutuhan anaknya, ia dpt mempelajarinya dan membandingkannya dg dirinya sendiri
e. ayah tiri
penelitian bernard mendapatkan hasil bahwa anak2 yg masih berusia kecil dan anak2 yg sdh melewati usia remaja cenderung lebih mudah menerima kehadiran ayah tiri dalam hidupnya
biller dan meredith menyatakan bahwa menjadi ayah tiri untuk remaja paling sulit, krn mrk sdh memiliki kematangan emosi dan sudah memiliki perasaan terikat dg ortunya. oki remaja tsb berusaha mencari kebebasannya sendiri dan tdk mau terikat dg keluarga yg baru
bagi anak2 yg masih kecil, kehadiran ayah tiri dpt jg menciptakan ketegangan, ttp biasanya pd tahap permulaan saja, dan selanjutnya menurut wallerstein dan kelly, hub antara ayah tiri dan anak yg masih berusia kecil ini lambat laun mjd bahagia dan tenteram
